Aku harus belajar " menerima & memberi " cinta sesama manusia dengan prinsip "kebenaran & kerjasama" bagi melakar jalan keluar dari "kekusutan & pepecahan" ummat manusia kepada 'hakikatul islam'(hakikat cara hidup selamat)
Sunday, November 27, 2011
Tambah ilmu - ASWJ, know your enemies !.
“ if you know your enemies and know yourself, you can win a hundred battles without a single loss”. (Sun Tzu , Art of War )
Ramai dari kita masih keliru dan tidak jelas tentang ASWJ (ahli sunnah wal jamaah) .
Bukti penting seseorang itu tidak kenal ASWJ walaupun dia mengatakan bermazhab sunni(ASWJ) ADALAH tidak tahu langsung AKIDAH syiah.Kemudian disebabkan kebodohanya tentang akidah syiah ini dia bertanya; kenapa la sunni dan syiah ini asyik bergaduh dan tidak boleh bersatu?
INGAT!.Bab akidah sangat MUDAH dan penting . Hal akidah harus dipelajari oleh setiap muslim yang baligh tanpa mengenal kasta .(Penekanan lagi) Bab akidah adalah urusan setiap individu yang telah bersyahadah walaupun dia baru peluk islam atau tidak berpendidikan tinggi seumpama profesionnya sebagai pengemis di jalanan atau orang kampung yang tidak pandai membaca langsung .
Mari ambil masa sikit , kenali dari mana dalilnya Syiah Imamah yang lantik 12 imam.? Keadah ambil keputusan 12 imam betul atau salah? .
Anda tidak akan rugi membaca link dibawah.Sebar-sebarkan untuk " know your enemies " kemudian baru "you can win" iaitu nampak penyelesaian kenapa sunni dan syiah tidak akan bersatu dalam bab akidah tetapi mungkin boleh bersatu atau berkerjasama dalam bab selain akidah .
.wallahwalam.
Sumber:http://saidaneffendi-darussalam.blogspot.com/2011/07/penjelasan-tentang-hadis-12-khalifah.html
PS:
1.SYIAH IMAMAH = syiah imam 12 adalah kefahaman syiah yang majority di Iran(memerintah iran) dan juga majority nya di anuti syiah MALAYSIA juga.
2.Dulu aku ada seorang adik junior yang familynya syiah. Dia sembunyikan syiahnya lebih satu semester dengan sangat berkomitment halaqah dakwah & ilmu bersamaku setiap minggu.Hari dia declare keluarganya syiah adalah hari yang sedih dan meremukkan perasaan ku selaku murobi yang mencintai dia.
Hari itu juga dia mahu keluar halaqahku tanpa sempat kami berbincang secara ilmiyah dan panjang lebar. Aku tidak mengeluarkan dia dari halaqahku,aku mengajak dia berbicara lagi dalam halaqahku yang berikutnya ,tiada paksaan,tetapi akhirnya dia memutuskan keluar halaqah juga kerana saranan ustaz syiahnya yang menyuruh jauhi halaqah aktivis ISMA.ISMA lah sebab utama dia menjauhiku.Maka tak boleh la nak tolong.
Dia mengatakan ada dalil sahih imam bukhori mengenai 12 pemimpin.Aku kata,Ya betul sahih tapi perlu diperhalusi.Tapi kami tidak sempat jumpa lagi selepas itu....
Wahai kawan syiahku,berikut adalah penjelasnaya.
Jika kalian atau sesiapa sahaja tidak setuju dengan hujah ini,harap dapat datangkan hujah balas secara ilmiyyah kepada tulisan dibawah.
[Paste dari sumber]
PENJELASAN TENTANG HADIS 12 KHALIFAH
Sebelum menjelaskan tentang kedudukan hadits dua belas khalifah, maka kami jelaskan dahulu salah satu siasat kebiasaan syi'ah dalam mempengaruhi kaum muslimin. Yang ini dilakukan mereka di dalam banyak hal. Siasat dan kebiasaan itu adalah “Mengkhususkan suatu dalil (nash) yang berbentuk umum”.
Penjelasannya : Merupakan satu kebiasaan bagi Syi‘ah untuk memaksa dalil-dalil umum dari Al Qur’an dan hadits agar ia khusus ditujukan kepada Ahlul Bait, radhiyallahu ‘anhum.
Contohnya jika kita mengkaji seluruh Al Qur’an, tidak ada satupun ayat yang secara khusus membicarakan hak kekhalifahan Ahlul Bait ke pada umat Islam ini. Demikian juga, tidak ada satupun hadits sahih yang menerangkan hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam.
Namun kita dapati Syi‘ah Rafidhoh mengemukakan berbagai ayat dan hadis untuk mengangkat diri mereka sebagai golongan yang benar dan hanya Ahlul Bait sebagai khalifah yang hak. Padahal ayat dan hadis yang mereka kemukakan semuanya berbentuk umum dan tidak khusus menunjuk kepada Ahlul Bait sebagai subjek khalifah.
Jawaban kita sebagai kaum muslimin kepada mereka syi'ah rafidhoh dalam hal ini adalah:
dalam hal ini dalil yang umum tidaklah dikhususkan, karena jelas dalil-dalil Al Qur’an dan hadits yang shahih ada yang berbentuk umum dan khusus ada yang berbentuk mutlak, ada yang berbentuk membatas, ada yang berbentuk menetapkan, ada yang berbentuk menafikan, ada yang berbentuk doa, ada yang berbentuk anjuran, ada yang berbentuk peringatan, ada yang berbentuk isyarat dan lainnya. Semua bentuk-bentuk ini dapat dikenali daripada dzohir susunan lafadz dan perkataan yang digunakan di dalam lafadz.
Adakalanya wujud dua dalil yang membahas subjek yang sama, yang pertama berbentuk umum manakala yang kedua berbentuk khusus, maka dalil yang kedua berperanan mengkhususkan keumuman dalil yang pertama. Adakala wujud juga dua dalil yang membahas subjek yang sama, yang pertama berbentuk mutlak manakala yang kedua berbentuk membatas, maka dalil yang kedua berperanan membatasi kemutlakan dalil yang pertama. Di dalam kedua-dua keterangan di atas, peranan dalil yang kedua disebut sebagai “petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut” di mana yang asal itu adalah dalil yang pertama.
Dalil-dalil AlQur’an dan hadits yang shahih dengan segala bentuknya berasal daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Bentuk-bentuk yang dimiliki oleh setiap dalil AlQur’an dan sunnah memiliki peranan, tujuan dan hikmah yang tersendiri di dalam membentuk kesempurnaan syari‘at Islam. Allah tidak sekali-kali menciri-cirikan dalil tersebut dengan bentuk yang tertentu tanpa peranan apa-apa, tujuan dan hikmah didalamnya. Apabila Allah berfirman dengan ayat yang bersifat umum, berarti Allah memang menghendaki ia bersifat umum. Apabila Allah mengilhamkan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk bersabda dengan sesuatu yang bersifat memberi peringatan, berarti Allah memang mengkehendaki itu bersifat memberi peringatan. Demikianlah seterusnya bagi lain-lain bentuk dalil seperti mutlak, membatas, menetapkan, menafikan, doa, anjuran, isyarat dan berbagai lainnya lagi.
Justru seandainya Allah mengkehendaki hak kekhalifahan berada di tangan Ahlul Bait, khususnya ‘Ali bin Abi Thalib,dan keturunannya hanya dari pihak Husein saja seperti yang diyakini Syiah Rafidhoh Allah akan menurunkan dalil yang berbentuk khusus lagi tepat bagi menetapkan kekhalifahan mereka sehingga tidak timbul sesuatu yang samar, rancu atau salah faham. Ini sebagaimana tindakan Allah mengkhususkan kepimpinan kepada Nabi Daud ‘alaihi salam dan menetapkan kerajaannya:
Kemudian Allah secara khusus menetapkan Nabi Sulaiman ‘alaihi salam sebagai pewaris Nabi Daud ‘alaihi salam:
Demikian juga, apabila Allah hendak menerangkan bahawa Muhammad adalah Rasul-Nya, Allah menerangkannya dengan jelas lagi tepat sebagaimana firman-Nya:
Hakikatnya kita tidak mendapati di dalam Al Qur’an ayat yang berbunyi seperti: “Wahai ‘Ali dan keturunanmu dari husein ! Sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian khalifah di bumi ini…” atau: “ ‘Ali dan keluarganya mewarisi kepimpinan Rasulullah” atau: “ ‘Ali bin Abi Thalib ialah Khalifah Allah sesudah Muhammad.” atau apa-apa yang lain semisal dengan itu. Ini tidak lain menunjukkan bahwa Allah memang tidak berkehendak menetapkan kewajiban bahwa ‘Ali dan keturunannya harus sebagai khalifah umat Islam sesudah Rasulullah.
Di dalam Sunnah yang shahih, yang ada hanyalah beberapa hadits yang berbentuk doa, harapan, peringatan, anjuran dan nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap Ahlul Bait beliau. Semua ini tiada yang berbentuk mengkhususkan dan menetapkan khalifah ke pada Ahlul Bait beliau. Maka di atas ketiadaan ini, Ahlussunnah tidak mengkhususkan dan menetapkan jabatan khalifah kepada Ahlul Bait karena setiap dalil hendaklah diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali jika ada petunjuk lain yang mengubah bentuk tersebut.
Penjelasan tentang Hadits Dua Belas Khalifah
Selanjutnya marilah kita bahas penjelasan tentang hadits dua belas khalifah tersebut.
Saya kemukakan saja lafadz hadits yang biasanya dinukil oleh orang-orang syi'ah rafidhoh. Untuk membela pemikiran dua belas imamnya.
Lafadz hadits:
Derajat hadits dan penjelasannya :
Hadits ini shahih keduanya dikeluarkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari dalam kitab shahihnya. Adapun tentang posisi hadits ini ia masuk dalam kategori hadits yang berbentuk ramalan atau perkiraan nabi tentang masa yang akan datang yang memberikan motivasi dan harapan kepada kaum muslimin setelah beliau wafat. Salah satu motivasinya adalah bahwa Islam ini akan tetap tegak, dan orang yang menegakkan Islam itu diantaranya adalah dua belas khalifah tadi.
Yang dalam hal ini beliau sengaja tidak menyebut nama khalifah tersebut karena ini akan menghilangkan nilai motivasi hadis. Sengaja beliau hanya menyebut angka dua belas supaya umat senantiasa dimotivasi untuk memenuhi keseluruhan jumlah tersebut dari saat beliau wafat hingga saat Hari Kiamat.
Terdapat juga beberapa hadis yang lain yang semisal di mana beliau tidak menyebut nama atau waktu tempat. Diantaranya adalah
Hadits pertama:
“Sesungguhnya Allah akan mengutus bagi umat ini pada awal setiap seratus tahun seorang yang memperbaharui agamanya.” (HR Abu Dawud dan dishahihkan oleh Imam Al Albani)
Perhatikan dengan jelas tidak disebut siapakah nama mujaddid pembaharu tersebut.
Hadits kedua:
“Masa kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun. Kemudian Allah mengangkatnya. Selepas itu datang masa kekhalifahan atas manhaj kenabian selama beberapa masa sehingga Allah mengangkatnya. Kemudian datang masa kerajaan (mulk) yang buruk selama beberapa masa, selanjutnya datang masa kerajaan menggigit selama beberapa masa, hingga waktu yang ditentukan Allah. Selepas itu akan berulang kekhalifahan atas manhaj kenabian. Kemudian Rasulullah diam.” (HR Ahmad dan At Thabrani, berkata Imam al Haitsmani, para perawi At Thabrani (tsiqah) terpercaya)
Perhatikan siapa nama dan tempat yang akan memerintah sebagai khalifah bermanhaj kenabian tidak disebut oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Hadits Ketiga :
“Perumpamaan umatku adalah umpama hujan, tidak diketahui apakah yang baik itu pada awalnya atau akhirnya.” (HR Bukhari)
Perhatikanlah tidak disebut dengan jelas kapan waktu masa kebaikan dan keburukan tersebut. Dalam hadits-hadits di atas, sengaja beliau Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. membiarkan ia “terbuka” supaya umat berusaha memenuhinya. Hadits tersebut berperan sebagai pemberi motivasi kepada sesiapa yang mau mencarinya.
Dari penjelasan diatas jelaslah sudah bahwa Nabi tidak menjelaskan siapa nama dua belas khalifah tersebut hanya dijelaskan bahwa mereka berasal dari Quraisy adapun namanya tidak dijelaskan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Maka kembali ke kaidah yang disepakati ahlussunnah di awal:
Memang ada tafsiran dari para Ulama Ahlussunnah bahwa dua belas khalifah tersebut yang jelas diantaranya memang berasal dari Quraisy dan memang menduduki posisi khalifah adalah Al Khulafaurrasyidin yaitu Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali radiyallahu anhuma. Namun keempat khalifah tersebut bukannya mutlak karena Nabi memang tidak pernah menyebut nama kedua belas khalifah tersebut. Kembali kepada kaidah
“ Setiap dalil hendaknya diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut”
Adapun Syi'ah Rafidhoh seperti kebiasaan di awal mereka memperalat dalil tersebut yang bersifat umum dan tidak menyebut nama para khalifah tersebut untuk mengkhususkannya kepada para Imam keturunan ahlul bait khususnya dari Husein saja. Yang Hal ini jelaslah kebathilannya.
Yang pertama mereka hanya dua orang saja yang memang pernah menjadi khalifah yaitu Ali dan Hasan radiyallahu anhuma. Sedangkan Husein radiyallahu anhu dan keturunannya tidak pernah menjadi khalifah dan memang Quraisy seperti yang disebutkan hadits tersebut.
Kemudian yang kedua, jelas dalam hadits tersebut tidak disebutkan nama-nama khalifah tersebut, tidak disebutkan pula bahwa mereka haruslah keturunan ahlul bait. Apalagi haruslah dari keturunan Husein bin Ali radiyallahu anhu, petunjuk dalam hadits itu hanyalah jumlahnya yang dua belas khalifah dan keturunan Quraisy.
Jadi dalam hal ini Ahlussunnah wal jama’ah tetap memegang kaidah :
“ Setiap dalil hendaknya diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut”
Tidak seperti syi'ah rafidhoh yang memperalat hadits dan ayat Al Qur’an untuk memenuhi hawa nafsunya. Maka benarlah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:
Maka setiap dalil Al Qur’an dan Sunnah yang shahih adalah sempurna dalam bentuknya yang asal sebagai kesempurnaan yang berasal daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.
Seandainya Allah mengkehendaki Ali radiyallahu anhu langsung setelah nabi yang menjadi khalifah ataupun keturunan Husein radiyallahu anhu menjadi khalifah yang dua belas tersebut, Allah akan menetapkannya dengan dalil yang berbentuk khusus, jelas lagi tepat baik itu dari Al Qur’an dan Hadits yang shahih. Jelas Islam ini telah sempurna tidaklah mungkin Allah dan Rasulnya meninggalkan umat ini dalam kebingungan. Padahal Allah sendiri telah berfirman:
Dan amat tidaklah mungkin pula jika Ali Bin Abi Tholib radiyallahu anhu jika beliau memang ditunjuk langsung menjadi khalifah setelah Nabi beliau menyembunyikan dalil penunjukkan tersebut, ini secara tidak langsung berarti menuduh beliau (Ali) menyembunyikan ilmu, menuduh beliau (Ali) sebagai pengecut yang tidak mau menegakkan kebenaran jika dalil itu memang hak adanya. Begitu juga Hasan, Husein dan lainnya jika mereka mengetahui hal itu sebagaimana keyakinan kaum Syi'ah Rafidhoh.
Sungguh jawaban yang dusta, tidak ada bukti bahwa Abu Bakar, Umar, dan Utsman (Radhiyallahu 'anhu) menghapuskan sunah Nabi shallallahu 'alaihi wassalam dan menggantikannya dengan ijtihad mereka. Sanggahan berikutnya insya Allah akan kami tuliskan dari Prof. Dr. Ash Shiddiqy Hasbi dalam bukunya "Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadits" nanti kita akan tahu apakah Abu Bakar, Umar, dan Utsman (Radhiyallahu 'anhu) menghapuskan sunah Nabi shallallahu 'alaihi wassalam? Atas dasar apa Abu Bakar, Umar, dan Utsman (Radhiyallahu 'anhu) meninggalkan Ahlulbait dan memusuhi Imam ‘Ali Radhiyallahu 'anhu ? Apakah karena syi'ah merasa iri karena Imam ‘Ali Radhiyallahu 'anhu tidak di bai'at menggantikan kekhilafahan Rasulullah shallallahu 'alayhi wassalam? Atas dasar inikah syi'ah membenci dan menebar fitnah kepada tiga sahabat Nabi shallallahu a'laihi wassalam yang mulia tersebut dan khususnya kepada imam Mazhab yang empat?
Dengan adanya informasi ini saya semakin menjadi yakin bahwa anda adalah orang syi'ah Rawafidh yang tidak senang dipanggil Rafidhoh dan nampaknya anda lebih senang dengan sebutan Syi’ah. Siapapun anda wahai orang Syi’ah, apa agama yang anda anut ? Apa kitab suci yang anda bela dan anda ikuti ? Siapa rasul yang menjadi panutan anda dalam beribadah kepada Allah Ta’ala ? Saya ambilkan jalan pintas untuk anda. Saya katakan: "Agama anda adalah agama Syi’ah, agama yang anda anut dengan pilihan dan penuh suka cita. Kitab suci anda adalah lembaran-lembaran khurafat, sedangkan Rasul (utusan) anda adalah taghut yang menyeru kesesatan kepada anda dari belakang layar." Jika anda tidak mau mengakui bahwa agama anda bukan agama Islam yang difirmankan oleh Allah Ta’ala:
Maka inilah buktinya bahwa agama anda adalah syi'ah.
Para pembaca sekalian, ketahuilah tidak ada nash secara langsung dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam yang mewasiatkan Ali Radhiyallahu 'anhum sebagai khalifah pengganti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam, yang ada adalah beliau mengisyaratkan Abu Bakar radhiallahu ‘anhu sebagai imam sholat pengganti beliau, karena pada saat itu diantara para sahabat hanya beliaulah yang paling bagus bacaannya. Kita lihat dalil-dalil yang menunjukkan akan adanya isyarat secara tidak langsung (bukan wasiat) dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang mengisyaratkan bahwa Abu Bakarlah yang lebih pantas menjadi khalifah sangat banyak. Isyarat-isyarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Abu Bakar radhiallahu ‘anhu dipilih sebagai imam Shalat pengganti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
Hadits-hadits yang menunjukkan diperintahkannya Abu Bakar untuk memimpin shalat menggantikan Rasulullah, shalallahu ‘alaihi wasallam sangat masyhur. Salah satu di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abi Musa radhiallahu ‘anhu berikut:
Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sakit parah beliau berkata: “Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami manusia”. Maka berkatalah Aisyah: “Ya Rasulullah sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang laki-laki yang amat perasa (mudah menangis). Bagaimana dia akan menggantikan kedudukanmu, dia tidak akan mampu untuk memimpin manusia”. Rasulullah berkata lagi: “Perintahkanlah Abu Bakar untuk mengimami manusia! Sesungguhnya kalian itu seperti saudara-saudaranya nabi Yusuf”. Abu Musa berkata: maka Abu Bakar pun mengimami shalat dalam keadaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam masih hidup. (HR. Bukhari Muslim)
2. Perintah untuk meneladani Abu Bakar radhiallahu ‘anhu
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Teladanilah dua orang setelahku, Abu Bakar dan Umar… (HR. Tirmidzi dan Hakim, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1233)
Syaikh Albani menyatakan bahwa hadits ini diriwayatkan dari beberapa shahabat, seperti Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah Ibnul Yaman, Anas bin Malik dan Abdullah bin Umar. Hadits ini juga dikeluarkan oleh banyak pakar-pakar ahlul hadits seperti Tirmidzi, Hakim, Ahmad, Ibnu Hibban, ath-Thahawi, al-Humaidi, Ibnu Sa’ad, Ibnu Abi ‘Ashim, Abu Nu’aim, Ibnu Asakir dan lain-lain. (Lihat Silsilah Ahadits ash-Shahihah, juz 3 hal. 234, hadits no. 1233)
3. Abu Bakar adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Disebutkan dalam suatu riwayat dari ‘Amr bin ‘Ash:
Bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah mengutus Abu Bakar memimpin pasukan dalam perang dzatu tsalatsil. Aku mendatangi Rasulullah dan bertanya kepada beliau:
“Siapakah orang yang paling engkau cintai?” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Aisyah.” Aku berkata: “Dari kalangan laki-laki wahai Rasululah?” Beliau menjawab: “Ayahnya”. Aku berkata: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Umar”. Kemudian beliau menyebutkan beberapa orang. (HR. Bukhari dalam Fadhailil A’mal, fathul Bari juz ke 7, hal. 18 dan Muslim dalam Fadhailus Shahabah juz ke-4 hal. 1856 no. 2384)
4. Abu Bakar dijadikan wakil menggantikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
Diriwayatkan dari Jubair bin Muth’im, dia berkata:
Datang seorang wanita kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, maka Rasulullah menyuruhnya untuk datang kembali. Maka wanita itu mengatakan: “Bagaimana jika aku tidak mendapatimu?” –seakan-akan wanita itu memaksudkan jika telah meninggalnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau menjawab: “Jika engkau tidak mendapatiku, maka datangilah Abu Bakar”. (HR. Bukhari 2/419; Muslim, 7/110)
Hadits ini merupakan isyarat yang jelas dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa yang akan menggantikan dirinya sepeninggal beliau adalah Abu Bakar ash-Shidiq radhiallahu ‘anhu.
5. Rencana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menuliskan wasiat kepada Abu Bakar radhiallahu ‘anhu
Lebih tegas lagi ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sakit, beliau shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada ‘Aisyah untuk memanggil ayahnya, Abu Bakar, untuk diberikan wasiat kepadanya. Tetapi kemudian beliau mengatakan: “Allah dan kaum mukminin tidak akan ridla, kecuali Abu Bakar”. Lihatlah riwayat lengkapnya sebagai berikut:
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu?, ia berkata; berkata kepadaku Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Panggillah Abu Bakar Bakar, Ayahmu dan saudaramu, sehingga aku tulis satu tulisan (wasiat). Sungguh aku khawatir akan ada seseorang yang menginginkan (kepemimpinan –pent.), kemudian berkata: “Aku lebih utama”. Kemudian beliau bersabda: “Allah dan orang-orang beriman tidak meridlai, kecuali Abu Bakar”. (HR. Muslim 7/110 dan Ahmad (6/144); Lihat Ash-Sha-hihah, juz 2, hal. 304, hadits 690)
Dalam riwayat ini jelas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menghendaki dengan isyaratnya beliau bahwasanya Abu Bakar radhiallahu ‘anhu lah yang lebih layak menjadi khalifah sepeninggalnya. Tetapi beliau tidak jadi menulis wasiatnya, karena beliau yakin kaum mukminin tidak akan berselisih terhadap penunjukkan Abu Bakar radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah. Dan hal ini terbukti, setelah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam wafat, kaum muslimin sepakat untuk menunjuk Abu Bakar radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah.
6. Abu Bakar adalah orang terdekat dan kekasih Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
Dari Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk di atas mimbar, beliau bersabda: “Allah memberikan pilihan kepada seorang hamba antara diberi keindahan dunia atau apa yang ada di sisi-Nya. Maka hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi-Nya. Maka Abu Bakar pun menangis seraya berkata: bapak-bapak dan ibu-ibu kami sebagai tebusan wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Abu Sa’id berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam itulah hamba yang diberi pilihan tersebut dan ternyata Abu Bakar adalah orang yang paling tahu di antara kami. Maka bersabdalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya manusia yang paling berjasa kepadaku dengan harta dan jiwanya adalah Abu Bakar. Kalau aku mengambil seorang kekasih, niscaya aku akan mengambil Abu Bakar sebagai khalil (kekasih), tetapi persaudaraan Islam lebih baik. Tidak tersisa masjid satu pintu pun, kecuali pintunya Abu Bakar. (HR. Bukhari dengan Fathul Bary, juz 7, hal. 359, hadits 3654; Muslim dengan Syarh Nawawi, juz 15 hal. 146, hadits 6120)
Al-Khullah adalah kecintaan yang paling tinggi. Para ulama menyatakan bahwa derajat khullah lebih tinggi dari tingkatan mahabbah. Oleh karena itu seorang yang disebut sebagai khalil, lebih tinggi kedudukannya daripada habib. Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah bahwa Allah hanya mengambil dua orang manusia sebagai khalil, yaitu nabi Ibrahim dan Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan masalah mahabbah Allah sering menyebutkan dalam al-Qur’an, Allah mencintai orang-orang yang beriman, sabar, berjihad di jalan-Nya dan lain-lain.
Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyatakan kalau saja beliau menjadikan khalil, maka niscaya Abu Bakarlah orangnya. Hal ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang terdekat dan paling dicintai oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Hanya saja beliau shalallahu ‘alaihi wasallam tidak mengambil khalil dari kalangan manusia.
Dengan disebutkannya beberapa isyarat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam di atas cukuplah kiranya menjadi hujjah yang tegas bahwa Abubakar adalah seorang yang paling layak menjadi khalifah. Dan kekhalifahannya adalah sah, tidak ada yang menyelisihi kecuali orang-orang yang dalam hatinya adanya penyakit.
Namun perlu diketahui bahwa pendapat ahlus sunnah ini adalah pernyataan yang keluar dari hujjah yang terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah secara ijma’, hal ini sama sekali tidak keluar dari kebencian kepada ahlul bait.
Adapun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan Ali radhiallahu ‘anhu untuk menjadi khalifah di Ghadir Khum adalah riwayat-riwayat palsu. Padahal ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam wafat, beliau tidaklah memberikan wasiat berupa apapun dan kepada siapapun, kecuali dengan al-Qur’an. Mari kita simak dalil-dalilnya:
Diriwayatkan dalam dua kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Thalhah ibnu Musharif, bahwa dia bertanya kepada Abdullah ibnu Abi Aufa radhiallahu ‘anhu:
Aku bertanya kepada Abdullah ibnu Abi Aufa: “Apakah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memberikan wasiat?” Beliau menjawab: “Tidak.” Maka saya katakan: “Kalau begitu bagaimana dia menuliskan buat manusia pesan-pesan atau memerintahkan wasiatnya?” Dia menjawab: “Beliau mewasiatkan dengan kitabullah ‘azza wajalla”. (HR. Bukhari; Fathul Bary 3/356, hadits 2340; dan Muslim dalam Kitabul Wasiat 3/1256, hadits 16).
Demikian pula diriwayatkan dari ummul mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang beliau meninggal di pangkuannya, tentunya beliau lebih tahu apakah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berwasiat atau tidak. Dia berkata dalam riwayat Muslim:
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak meninggalkan dirham; tidak pula dinar, tidak seekor kambing, tidak pula seekor unta dan tidak mewasiatkan dengan apa pun. (HR. Muslim, dalam Kitabul Wasiat, 3/256, hadits 18)
Dalam riwayat lainnya dari Aswad bin Yazid bahwa ia berkata:
Mereka menyebutkan di sisi Aisyah bahwa Ali adalah seorang yang mendapatkan wasiat. Maka beliau (Aisyah) berkata: “Kapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepadanya, padahal aku adalah sandaran beliau ketika beliau bersandar di dadaku -atau ia berkata: pangkuanku- kemudian beliau meminta segelas air. Tiba-tiba beliau terkulai di pangkuanku, dan aku tidak merasa kalau beliau ternyata sudah meninggal, maka kapan beliau berwasiat kepadanya?”. (HR. Bukhari dalam kitab al-Washaya, Fathul Bari 5/356, hadits 2471; Muslim dalam kitabul Washiyat, Bab Tarkul Wasiat liman laisa lahu Syaiun Yuushi bihi, 3/1257, no. 19)
Demikianlah, riwayat-riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak berwasiat ketika wafat sangat banyak, sehingga mereka –para shahabat– seluruhnya memahami bahwa wasiat beliau secara umum adalah al-Qur’an.
Diriwayatkan pula bahwa di antara keluarga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yaitu Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma menyatakan pula kekecewaannya, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak sempat berwasiat disebabkan silang pendapat di antara ahlul bait. Sebagian di antara mereka menyatakan cukup al-Qur’an, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sedang dalam keadaan sakit yang parah.
Sedangkan sebagian yang lain, mengharapkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sallam menulis wasiat, hingga datanglah ajal beliau dalam keadaan belum sempat memberikan wasiat. Maka Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:
Sesungguhnya kerugian segala kerugian adalah terhalangnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menulis wasiat kepada mereka, karena adanya perselisihan dan silang pendapat di antara mereka. (HR. Bukhari dalam Kitabul Maghazi, bab Maradlun Nabi; Fathul Bari, juz 8, hal. 132 no. hadits 4432; Muslim dalam Kitabul Wasiat, bab Tarkul Wasiat liman laisa lahu Syaiun Yuushi bihi, juz 3 hal. 1259, no. 22)
Dalam memandang kejadian ini, ahlus sunnah wal jama’ah tidak berburuk sangka kepada para shahabat, apalagi kepada ahlu bait dan keluarga dekat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, karena kedua belah pihak mengharapkan kebaikan. Sebagian mengharapkan ditulisnya wasiat untuk kebaikan umat, dan sebagian keluarga beliau yang lain merasa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan sedang merasakan sakit yang berat, sehingga tidak perlu diganggu. Sedangkan kita sudah memiliki al-Qur’an sebagai wasiat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam –kata mereka. Yang dimaksud adalah ucapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam :
Sebaliknya, kaum Syi’ah Rafidlah menjadikan riwayat ini sebagai ajang pencaci-makian terhadap para shahabat. Mereka menuduh perbuatan para shahabat itu untuk menghalangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu dan merebut tampuk kepemimpinan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu dan diberikannya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu.
Ucapan mereka ini jelas batil dan penuh dengan kedustaan, karena pada waktu itu Abu Bakar sendiri tidak berada di sana. Beliau berada di daerah Sunh –di pinggiran kota Madinah– yaitu berada di rumah salah satu istrinya yang lain. Bahkan ucapan mereka ini justru mencerca dan mencela ahlul bait sendiri. Untuk itu mereka tidak pantas disebut pecinta ahlul bait. Lihatlah dalam riwayat yang lebih lengkap sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwasanya Ali bin Abi Thalib keluar dari sisi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau sakit menjelang wafatnya. Maka manusia berkata:
“Wahai Abal Hasan, bagaimana keadaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam?” Beliau menjawab: “Alhamdulillah baik”. Abbas bin Abdul Muthalib (paman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam) memegang tangan Ali bin Abi Thalib, kemudian berkata kepadanya: “Engkau, demi Allah, setelah tiga hari ini akan memegang tongkat kepemimpinan. Sungguh aku mengerti bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam akan wafat dalam sakitnya kali ini, karena aku mengenali wajah-wajah anak cucu Abdul Muthalib ketika akan wafatnya. Marilah kita menemui Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menanyakan kepada siapa urusan ini dipegang? Kalau diserahkan kepada kita, maka kita mengetahuinya. Dan kalau pun diserahkan untuk selain kita, maka kitapun mengetahuinya dan beliau akan memberikan wasiatnya”. Ali bin Abi Thalib menjawab: “Demi Allah, sungguh kalau kita menanyakannya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau tidak memberikannya kepada kita, maka tidak akan diberikan oleh manusia kepada kita selama-lamanya. Dan sesungguhnya aku demi Allah tidak akan memintanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. (HR. Bukhari, kitabul Maghazi, bab Maradlun Nabiyyi wa wafatihi; fathlul bari 8/142, no. 4447)
Berkata Dr. Ali bin Muhammad Nashir al-Faqihi: “Tidakkah cukup nash ini untuk membantah Rafidlah yang mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan kepada Ali bin Abi Thalib dengan khilafah? Kedustaan mereka tampak jelas dengan hadits ini dari beberapa sisi:
Dalam riwayat ini terlihat jelas sekali bahwasanya yang menolak untuk meminta wasiat kepada Nabi adalah Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu sendiri.
Masih banyak lagi riwayat-riwayat lainnya tentang kejadian ini, karena pada saat itu memang beberapa hadirin ikut berbicara sehingga suasana menjadi ramai dan berakhir dengan wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan tidak memberikan wasiat apapun tentang khilafah kepada siapa pun.
Kemudian bagaimana mereka -kaum syi’ah tersebut— menganggap bahwa Ali bin Abi Thalib mendapatkan wasiat untuk menjadi khalifah setelahnya, ketika beliau berada di Ghadir Khum. Mengapa mereka tidak menanyakannya kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu sendiri, padahal mereka mengaku pecinta ahlul bait?!
Kalau mereka benar-benar cinta kepada ahlul bait dan mengaku pengikut setia ahlul bait khususnya Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, maka dengarkanlah riwayat dari beliau dengan sanad yang shahih sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Abu Thufail bahwa Ali radhiallahu ‘anhu ditanya: “Apakah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengkhususkan sesuatu kepadamu? (yakni wasiat khusus, pent.). Maka beliau menjawab: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak menghususkan aku dengan sesuatu pun yang beliau tidak menyebarkannya kepada manusia, kecuali apa yang ada di sarung pedangku ini. Kemudian beliau mengeluarkan lembaran dari sarung pedangnya yang tertulis padanya: Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah… “ (HR. Muslim)
Sebab-sebab kehancuran masa kekhilafahan (yaitu kelompok yang menyelisihi sunnah) sudah ada semenjak kekhilafahan Utsman Radhiyallahu 'anhu. Mari kita tengok sejarahnya:
Disebutkan dalam atsar yang diriwayatkan Abdullah bin Umar oleh Al Hakim bahwa generasi umat dibagi menjadi dua:
1. Umat yang diberi keimanan terlebih dahulu, kemudian baru diberi Al Qur’an
2. Umat yang mengambil pelajaran Al Qur’an lebih dahulu sebelum didapatkan keimanan. Kemudian Atsar itu menyebutkan perilaku dari kedua kelompok generasi itu, dimana kelompok yang pertama terdiri dari para Salafushshaleh dan pembesar pembesar sahabat yang mengetahui yang diwajibkan dari yang dilarang dan alasannya; sementara kelompok yang kedua cuma pandai membaca Al Qur’an dengan lancar dan mengkhatamkannya dengan cepat tanpa tahu mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang serta batasan batasannya. Pada akhirnya kedua kelompok ini melahirkan manhaj yang berbeda, dan dari kelompok yang kedualah munculnya Al Firaq Al Bathilah (aliran-aliran yang sesat), di antaranya Al Khawarij.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah dalam kitabnya Al Fatawa beliau berkata:
“Bid’ah yang pertama muncul dalam Islam adalah bid’ah Khawarij.”
Kemudian hadits-hadits yang berkaitan dengan firaq dan sanadnya benar adalah hadits-hadits yang berkaitan dengan Khawarij sedang yang berkaitan dengan Mu’tazilah dan Syi’ah atau yang lainnya hanya terdapat dalam Atsar Sahabat atau hadits lemah, ini menunjukkan begitu besarnya tingkat bahaya Khawarij dan fenomenanya yang sudah ada pada masa Rasulullah shallalahu 'alaihi wassalam. Di samping itu Khawarij masih ada sampai sekarang baik secara nama maupun sebutan (laqob), secara nama masih terdapat di daerah Oman dan Afrika Utara sedangkan secara laqob berada di mana mana. Hal seperti inilah yang membuat pembahasan tcntang firqah Khawarij begitu sangat pentingnya apalagi buku buku yang membahas masalah ini masih sangat sedikit, apalagi Rasulullah shallalahu 'alaihi wassalam menyuruh kita agar berhati hati terhadap firqah ini.
Kami jelaskan dulu tentang khawarij.
Fakta munculnya Khawarij bukanlah pada masa Ali Radhiyallahu 'anhu sebagaimana sebagian para ahli sejarah menyebutkan, tapi sudah muncul pada masa Utsman Radhiyallahu 'anhu baik secara ajaran maupun dalam bentuk aksi nyata. Buku sejarah banyak menyebutkan ini seperti buku sejarahnya Imam At Thabari dan Ibnu Katsir. Dalam buku tersebut orang yang memberontak kepada Utsman Radhiyallahu 'anhu disebut Khawarij. Hal ini dikuatkan oleh fakta sejarah berikutnya dimana mereka berhasil membunuh Utsman Radhiyallahu 'anhu Kemudian umat Islam membai’at Ali Radhiyallahu 'anhu termasuk sebagian besar orang-orang yang telah membunuh Utsman Radhiyallahu 'anhu Sementara itu Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Aisyah, dan sahabat yang lain keluar dan menuntut pembelaan terhadap Utsman Radhiyallahu 'anhu, Ali Radhiyallahu 'anhu berkata, “Saya setuju dengan pendapat Anda, tapi mereka sangat banyak dan bercampur dalam pasukan kami.” Ali Radhiyallahu 'anhu menghendak masalah Khalifah diselesaikan dahulu baru menyelesaikan orang orang yang membunuh Utsman.
Ramai dari kita masih keliru dan tidak jelas tentang ASWJ (ahli sunnah wal jamaah) .
Bukti penting seseorang itu tidak kenal ASWJ walaupun dia mengatakan bermazhab sunni(ASWJ) ADALAH tidak tahu langsung AKIDAH syiah.Kemudian disebabkan kebodohanya tentang akidah syiah ini dia bertanya; kenapa la sunni dan syiah ini asyik bergaduh dan tidak boleh bersatu?
INGAT!.Bab akidah sangat MUDAH dan penting . Hal akidah harus dipelajari oleh setiap muslim yang baligh tanpa mengenal kasta .(Penekanan lagi) Bab akidah adalah urusan setiap individu yang telah bersyahadah walaupun dia baru peluk islam atau tidak berpendidikan tinggi seumpama profesionnya sebagai pengemis di jalanan atau orang kampung yang tidak pandai membaca langsung .
Mari ambil masa sikit , kenali dari mana dalilnya Syiah Imamah yang lantik 12 imam.? Keadah ambil keputusan 12 imam betul atau salah? .
Anda tidak akan rugi membaca link dibawah.Sebar-sebarkan untuk " know your enemies " kemudian baru "you can win" iaitu nampak penyelesaian kenapa sunni dan syiah tidak akan bersatu dalam bab akidah tetapi mungkin boleh bersatu atau berkerjasama dalam bab selain akidah .
.wallahwalam.
Sumber:http://saidaneffendi-darussalam.blogspot.com/2011/07/penjelasan-tentang-hadis-12-khalifah.html
PS:
1.SYIAH IMAMAH = syiah imam 12 adalah kefahaman syiah yang majority di Iran(memerintah iran) dan juga majority nya di anuti syiah MALAYSIA juga.
2.Dulu aku ada seorang adik junior yang familynya syiah. Dia sembunyikan syiahnya lebih satu semester dengan sangat berkomitment halaqah dakwah & ilmu bersamaku setiap minggu.Hari dia declare keluarganya syiah adalah hari yang sedih dan meremukkan perasaan ku selaku murobi yang mencintai dia.
Hari itu juga dia mahu keluar halaqahku tanpa sempat kami berbincang secara ilmiyah dan panjang lebar. Aku tidak mengeluarkan dia dari halaqahku,aku mengajak dia berbicara lagi dalam halaqahku yang berikutnya ,tiada paksaan,tetapi akhirnya dia memutuskan keluar halaqah juga kerana saranan ustaz syiahnya yang menyuruh jauhi halaqah aktivis ISMA.ISMA lah sebab utama dia menjauhiku.Maka tak boleh la nak tolong.
Dia mengatakan ada dalil sahih imam bukhori mengenai 12 pemimpin.Aku kata,Ya betul sahih tapi perlu diperhalusi.Tapi kami tidak sempat jumpa lagi selepas itu....
Wahai kawan syiahku,berikut adalah penjelasnaya.
Jika kalian atau sesiapa sahaja tidak setuju dengan hujah ini,harap dapat datangkan hujah balas secara ilmiyyah kepada tulisan dibawah.
[Paste dari sumber]
PENJELASAN TENTANG HADIS 12 KHALIFAH
Sebelum menjelaskan tentang kedudukan hadits dua belas khalifah, maka kami jelaskan dahulu salah satu siasat kebiasaan syi'ah dalam mempengaruhi kaum muslimin. Yang ini dilakukan mereka di dalam banyak hal. Siasat dan kebiasaan itu adalah “Mengkhususkan suatu dalil (nash) yang berbentuk umum”.
Penjelasannya : Merupakan satu kebiasaan bagi Syi‘ah untuk memaksa dalil-dalil umum dari Al Qur’an dan hadits agar ia khusus ditujukan kepada Ahlul Bait, radhiyallahu ‘anhum.
Contohnya jika kita mengkaji seluruh Al Qur’an, tidak ada satupun ayat yang secara khusus membicarakan hak kekhalifahan Ahlul Bait ke pada umat Islam ini. Demikian juga, tidak ada satupun hadits sahih yang menerangkan hak kepimpinan Ahlul Bait ke atas umat Islam.
Namun kita dapati Syi‘ah Rafidhoh mengemukakan berbagai ayat dan hadis untuk mengangkat diri mereka sebagai golongan yang benar dan hanya Ahlul Bait sebagai khalifah yang hak. Padahal ayat dan hadis yang mereka kemukakan semuanya berbentuk umum dan tidak khusus menunjuk kepada Ahlul Bait sebagai subjek khalifah.
Jawaban kita sebagai kaum muslimin kepada mereka syi'ah rafidhoh dalam hal ini adalah:
“Setiap dalil hendaknya diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut”
dalam hal ini dalil yang umum tidaklah dikhususkan, karena jelas dalil-dalil Al Qur’an dan hadits yang shahih ada yang berbentuk umum dan khusus ada yang berbentuk mutlak, ada yang berbentuk membatas, ada yang berbentuk menetapkan, ada yang berbentuk menafikan, ada yang berbentuk doa, ada yang berbentuk anjuran, ada yang berbentuk peringatan, ada yang berbentuk isyarat dan lainnya. Semua bentuk-bentuk ini dapat dikenali daripada dzohir susunan lafadz dan perkataan yang digunakan di dalam lafadz.
Adakalanya wujud dua dalil yang membahas subjek yang sama, yang pertama berbentuk umum manakala yang kedua berbentuk khusus, maka dalil yang kedua berperanan mengkhususkan keumuman dalil yang pertama. Adakala wujud juga dua dalil yang membahas subjek yang sama, yang pertama berbentuk mutlak manakala yang kedua berbentuk membatas, maka dalil yang kedua berperanan membatasi kemutlakan dalil yang pertama. Di dalam kedua-dua keterangan di atas, peranan dalil yang kedua disebut sebagai “petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut” di mana yang asal itu adalah dalil yang pertama.
Dalil-dalil AlQur’an dan hadits yang shahih dengan segala bentuknya berasal daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Bentuk-bentuk yang dimiliki oleh setiap dalil AlQur’an dan sunnah memiliki peranan, tujuan dan hikmah yang tersendiri di dalam membentuk kesempurnaan syari‘at Islam. Allah tidak sekali-kali menciri-cirikan dalil tersebut dengan bentuk yang tertentu tanpa peranan apa-apa, tujuan dan hikmah didalamnya. Apabila Allah berfirman dengan ayat yang bersifat umum, berarti Allah memang menghendaki ia bersifat umum. Apabila Allah mengilhamkan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk bersabda dengan sesuatu yang bersifat memberi peringatan, berarti Allah memang mengkehendaki itu bersifat memberi peringatan. Demikianlah seterusnya bagi lain-lain bentuk dalil seperti mutlak, membatas, menetapkan, menafikan, doa, anjuran, isyarat dan berbagai lainnya lagi.
Justru seandainya Allah mengkehendaki hak kekhalifahan berada di tangan Ahlul Bait, khususnya ‘Ali bin Abi Thalib,dan keturunannya hanya dari pihak Husein saja seperti yang diyakini Syiah Rafidhoh Allah akan menurunkan dalil yang berbentuk khusus lagi tepat bagi menetapkan kekhalifahan mereka sehingga tidak timbul sesuatu yang samar, rancu atau salah faham. Ini sebagaimana tindakan Allah mengkhususkan kepimpinan kepada Nabi Daud ‘alaihi salam dan menetapkan kerajaannya:
Wahai Daud ! Sesungguhnya Kami telah menjadikanmu khalifah di bumi, maka jalankanlah hukum di antara manusia dengan (hukum syariat) yang benar (yang diwahyukan kepadamu). (QS. Shad 38:26)
Kemudian Allah secara khusus menetapkan Nabi Sulaiman ‘alaihi salam sebagai pewaris Nabi Daud ‘alaihi salam:
Dan Nabi Sulaiman mewarisi (pangkat kenabian dan kerajaan) Nabi Daud. (QS. An Naml 27:16)
Demikian juga, apabila Allah hendak menerangkan bahawa Muhammad adalah Rasul-Nya, Allah menerangkannya dengan jelas lagi tepat sebagaimana firman-Nya:
Muhammad ialah Rasul Allah (QS. Al Fath 48:29)
Hakikatnya kita tidak mendapati di dalam Al Qur’an ayat yang berbunyi seperti: “Wahai ‘Ali dan keturunanmu dari husein ! Sesungguhnya Kami telah menjadikan kalian khalifah di bumi ini…” atau: “ ‘Ali dan keluarganya mewarisi kepimpinan Rasulullah” atau: “ ‘Ali bin Abi Thalib ialah Khalifah Allah sesudah Muhammad.” atau apa-apa yang lain semisal dengan itu. Ini tidak lain menunjukkan bahwa Allah memang tidak berkehendak menetapkan kewajiban bahwa ‘Ali dan keturunannya harus sebagai khalifah umat Islam sesudah Rasulullah.
Di dalam Sunnah yang shahih, yang ada hanyalah beberapa hadits yang berbentuk doa, harapan, peringatan, anjuran dan nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap Ahlul Bait beliau. Semua ini tiada yang berbentuk mengkhususkan dan menetapkan khalifah ke pada Ahlul Bait beliau. Maka di atas ketiadaan ini, Ahlussunnah tidak mengkhususkan dan menetapkan jabatan khalifah kepada Ahlul Bait karena setiap dalil hendaklah diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali jika ada petunjuk lain yang mengubah bentuk tersebut.
Penjelasan tentang Hadits Dua Belas Khalifah
Selanjutnya marilah kita bahas penjelasan tentang hadits dua belas khalifah tersebut.
Saya kemukakan saja lafadz hadits yang biasanya dinukil oleh orang-orang syi'ah rafidhoh. Untuk membela pemikiran dua belas imamnya.
Lafadz hadits:
“Akan ada 12 khalifah” Berkata Jabir bin samurah (perawi hadis): “Dan kemudian beliau bersabda dengan kalimat yang tidak aku fahami. Ayahku berkata: “Semuanya dari orang Quraisy.” (HR Bukhari 329 dan Muslim 4477)
Derajat hadits dan penjelasannya :
Hadits ini shahih keduanya dikeluarkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari dalam kitab shahihnya. Adapun tentang posisi hadits ini ia masuk dalam kategori hadits yang berbentuk ramalan atau perkiraan nabi tentang masa yang akan datang yang memberikan motivasi dan harapan kepada kaum muslimin setelah beliau wafat. Salah satu motivasinya adalah bahwa Islam ini akan tetap tegak, dan orang yang menegakkan Islam itu diantaranya adalah dua belas khalifah tadi.
Yang dalam hal ini beliau sengaja tidak menyebut nama khalifah tersebut karena ini akan menghilangkan nilai motivasi hadis. Sengaja beliau hanya menyebut angka dua belas supaya umat senantiasa dimotivasi untuk memenuhi keseluruhan jumlah tersebut dari saat beliau wafat hingga saat Hari Kiamat.
Terdapat juga beberapa hadis yang lain yang semisal di mana beliau tidak menyebut nama atau waktu tempat. Diantaranya adalah
Hadits pertama:
“Sesungguhnya Allah akan mengutus bagi umat ini pada awal setiap seratus tahun seorang yang memperbaharui agamanya.” (HR Abu Dawud dan dishahihkan oleh Imam Al Albani)
Perhatikan dengan jelas tidak disebut siapakah nama mujaddid pembaharu tersebut.
Hadits kedua:
“Masa kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun. Kemudian Allah mengangkatnya. Selepas itu datang masa kekhalifahan atas manhaj kenabian selama beberapa masa sehingga Allah mengangkatnya. Kemudian datang masa kerajaan (mulk) yang buruk selama beberapa masa, selanjutnya datang masa kerajaan menggigit selama beberapa masa, hingga waktu yang ditentukan Allah. Selepas itu akan berulang kekhalifahan atas manhaj kenabian. Kemudian Rasulullah diam.” (HR Ahmad dan At Thabrani, berkata Imam al Haitsmani, para perawi At Thabrani (tsiqah) terpercaya)
Perhatikan siapa nama dan tempat yang akan memerintah sebagai khalifah bermanhaj kenabian tidak disebut oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Hadits Ketiga :
“Perumpamaan umatku adalah umpama hujan, tidak diketahui apakah yang baik itu pada awalnya atau akhirnya.” (HR Bukhari)
Perhatikanlah tidak disebut dengan jelas kapan waktu masa kebaikan dan keburukan tersebut. Dalam hadits-hadits di atas, sengaja beliau Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. membiarkan ia “terbuka” supaya umat berusaha memenuhinya. Hadits tersebut berperan sebagai pemberi motivasi kepada sesiapa yang mau mencarinya.
Dari penjelasan diatas jelaslah sudah bahwa Nabi tidak menjelaskan siapa nama dua belas khalifah tersebut hanya dijelaskan bahwa mereka berasal dari Quraisy adapun namanya tidak dijelaskan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Maka kembali ke kaidah yang disepakati ahlussunnah di awal:
“ Setiap dalil hendaknya diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut”
Memang ada tafsiran dari para Ulama Ahlussunnah bahwa dua belas khalifah tersebut yang jelas diantaranya memang berasal dari Quraisy dan memang menduduki posisi khalifah adalah Al Khulafaurrasyidin yaitu Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali radiyallahu anhuma. Namun keempat khalifah tersebut bukannya mutlak karena Nabi memang tidak pernah menyebut nama kedua belas khalifah tersebut. Kembali kepada kaidah
“ Setiap dalil hendaknya diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut”
Adapun Syi'ah Rafidhoh seperti kebiasaan di awal mereka memperalat dalil tersebut yang bersifat umum dan tidak menyebut nama para khalifah tersebut untuk mengkhususkannya kepada para Imam keturunan ahlul bait khususnya dari Husein saja. Yang Hal ini jelaslah kebathilannya.
Yang pertama mereka hanya dua orang saja yang memang pernah menjadi khalifah yaitu Ali dan Hasan radiyallahu anhuma. Sedangkan Husein radiyallahu anhu dan keturunannya tidak pernah menjadi khalifah dan memang Quraisy seperti yang disebutkan hadits tersebut.
Kemudian yang kedua, jelas dalam hadits tersebut tidak disebutkan nama-nama khalifah tersebut, tidak disebutkan pula bahwa mereka haruslah keturunan ahlul bait. Apalagi haruslah dari keturunan Husein bin Ali radiyallahu anhu, petunjuk dalam hadits itu hanyalah jumlahnya yang dua belas khalifah dan keturunan Quraisy.
Jadi dalam hal ini Ahlussunnah wal jama’ah tetap memegang kaidah :
“ Setiap dalil hendaknya diambil berdasarkan bentuknya yang asal tidak disimpangkan, kecuali ada petunjuk lain yang mengubah bentuk asal tersebut”
Tidak seperti syi'ah rafidhoh yang memperalat hadits dan ayat Al Qur’an untuk memenuhi hawa nafsunya. Maka benarlah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:
“Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu, maka saya berkata “Jauhlah, jauhlah orang-orang yang telah merubah-rubah sepeninggalku“ (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Al Fitan bab 1/6643) Imam Muslim dalam Al Fadlail bab 9/2291)
Maka setiap dalil Al Qur’an dan Sunnah yang shahih adalah sempurna dalam bentuknya yang asal sebagai kesempurnaan yang berasal daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.
Seandainya Allah mengkehendaki Ali radiyallahu anhu langsung setelah nabi yang menjadi khalifah ataupun keturunan Husein radiyallahu anhu menjadi khalifah yang dua belas tersebut, Allah akan menetapkannya dengan dalil yang berbentuk khusus, jelas lagi tepat baik itu dari Al Qur’an dan Hadits yang shahih. Jelas Islam ini telah sempurna tidaklah mungkin Allah dan Rasulnya meninggalkan umat ini dalam kebingungan. Padahal Allah sendiri telah berfirman:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’matKu, dan telah Kuridhai Islam itu sebagai agama bagimu” ( QS. Al Maidah, 3)
Dan amat tidaklah mungkin pula jika Ali Bin Abi Tholib radiyallahu anhu jika beliau memang ditunjuk langsung menjadi khalifah setelah Nabi beliau menyembunyikan dalil penunjukkan tersebut, ini secara tidak langsung berarti menuduh beliau (Ali) menyembunyikan ilmu, menuduh beliau (Ali) sebagai pengecut yang tidak mau menegakkan kebenaran jika dalil itu memang hak adanya. Begitu juga Hasan, Husein dan lainnya jika mereka mengetahui hal itu sebagaimana keyakinan kaum Syi'ah Rafidhoh.
Sungguh jawaban yang dusta, tidak ada bukti bahwa Abu Bakar, Umar, dan Utsman (Radhiyallahu 'anhu) menghapuskan sunah Nabi shallallahu 'alaihi wassalam dan menggantikannya dengan ijtihad mereka. Sanggahan berikutnya insya Allah akan kami tuliskan dari Prof. Dr. Ash Shiddiqy Hasbi dalam bukunya "Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadits" nanti kita akan tahu apakah Abu Bakar, Umar, dan Utsman (Radhiyallahu 'anhu) menghapuskan sunah Nabi shallallahu 'alaihi wassalam? Atas dasar apa Abu Bakar, Umar, dan Utsman (Radhiyallahu 'anhu) meninggalkan Ahlulbait dan memusuhi Imam ‘Ali Radhiyallahu 'anhu ? Apakah karena syi'ah merasa iri karena Imam ‘Ali Radhiyallahu 'anhu tidak di bai'at menggantikan kekhilafahan Rasulullah shallallahu 'alayhi wassalam? Atas dasar inikah syi'ah membenci dan menebar fitnah kepada tiga sahabat Nabi shallallahu a'laihi wassalam yang mulia tersebut dan khususnya kepada imam Mazhab yang empat?
Dengan adanya informasi ini saya semakin menjadi yakin bahwa anda adalah orang syi'ah Rawafidh yang tidak senang dipanggil Rafidhoh dan nampaknya anda lebih senang dengan sebutan Syi’ah. Siapapun anda wahai orang Syi’ah, apa agama yang anda anut ? Apa kitab suci yang anda bela dan anda ikuti ? Siapa rasul yang menjadi panutan anda dalam beribadah kepada Allah Ta’ala ? Saya ambilkan jalan pintas untuk anda. Saya katakan: "Agama anda adalah agama Syi’ah, agama yang anda anut dengan pilihan dan penuh suka cita. Kitab suci anda adalah lembaran-lembaran khurafat, sedangkan Rasul (utusan) anda adalah taghut yang menyeru kesesatan kepada anda dari belakang layar." Jika anda tidak mau mengakui bahwa agama anda bukan agama Islam yang difirmankan oleh Allah Ta’ala:
"Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Ali Imran: 85)
Maka inilah buktinya bahwa agama anda adalah syi'ah.
Para pembaca sekalian, ketahuilah tidak ada nash secara langsung dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam yang mewasiatkan Ali Radhiyallahu 'anhum sebagai khalifah pengganti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam, yang ada adalah beliau mengisyaratkan Abu Bakar radhiallahu ‘anhu sebagai imam sholat pengganti beliau, karena pada saat itu diantara para sahabat hanya beliaulah yang paling bagus bacaannya. Kita lihat dalil-dalil yang menunjukkan akan adanya isyarat secara tidak langsung (bukan wasiat) dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang mengisyaratkan bahwa Abu Bakarlah yang lebih pantas menjadi khalifah sangat banyak. Isyarat-isyarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Abu Bakar radhiallahu ‘anhu dipilih sebagai imam Shalat pengganti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
Hadits-hadits yang menunjukkan diperintahkannya Abu Bakar untuk memimpin shalat menggantikan Rasulullah, shalallahu ‘alaihi wasallam sangat masyhur. Salah satu di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abi Musa radhiallahu ‘anhu berikut:
Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sakit parah beliau berkata: “Suruhlah Abu Bakar untuk mengimami manusia”. Maka berkatalah Aisyah: “Ya Rasulullah sesungguhnya Abu Bakar adalah seorang laki-laki yang amat perasa (mudah menangis). Bagaimana dia akan menggantikan kedudukanmu, dia tidak akan mampu untuk memimpin manusia”. Rasulullah berkata lagi: “Perintahkanlah Abu Bakar untuk mengimami manusia! Sesungguhnya kalian itu seperti saudara-saudaranya nabi Yusuf”. Abu Musa berkata: maka Abu Bakar pun mengimami shalat dalam keadaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam masih hidup. (HR. Bukhari Muslim)
2. Perintah untuk meneladani Abu Bakar radhiallahu ‘anhu
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Teladanilah dua orang setelahku, Abu Bakar dan Umar… (HR. Tirmidzi dan Hakim, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1233)
Syaikh Albani menyatakan bahwa hadits ini diriwayatkan dari beberapa shahabat, seperti Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah Ibnul Yaman, Anas bin Malik dan Abdullah bin Umar. Hadits ini juga dikeluarkan oleh banyak pakar-pakar ahlul hadits seperti Tirmidzi, Hakim, Ahmad, Ibnu Hibban, ath-Thahawi, al-Humaidi, Ibnu Sa’ad, Ibnu Abi ‘Ashim, Abu Nu’aim, Ibnu Asakir dan lain-lain. (Lihat Silsilah Ahadits ash-Shahihah, juz 3 hal. 234, hadits no. 1233)
3. Abu Bakar adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Disebutkan dalam suatu riwayat dari ‘Amr bin ‘Ash:
Bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah mengutus Abu Bakar memimpin pasukan dalam perang dzatu tsalatsil. Aku mendatangi Rasulullah dan bertanya kepada beliau:
“Siapakah orang yang paling engkau cintai?” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Aisyah.” Aku berkata: “Dari kalangan laki-laki wahai Rasululah?” Beliau menjawab: “Ayahnya”. Aku berkata: “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Umar”. Kemudian beliau menyebutkan beberapa orang. (HR. Bukhari dalam Fadhailil A’mal, fathul Bari juz ke 7, hal. 18 dan Muslim dalam Fadhailus Shahabah juz ke-4 hal. 1856 no. 2384)
4. Abu Bakar dijadikan wakil menggantikan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
Diriwayatkan dari Jubair bin Muth’im, dia berkata:
Datang seorang wanita kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, maka Rasulullah menyuruhnya untuk datang kembali. Maka wanita itu mengatakan: “Bagaimana jika aku tidak mendapatimu?” –seakan-akan wanita itu memaksudkan jika telah meninggalnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau menjawab: “Jika engkau tidak mendapatiku, maka datangilah Abu Bakar”. (HR. Bukhari 2/419; Muslim, 7/110)
Hadits ini merupakan isyarat yang jelas dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa yang akan menggantikan dirinya sepeninggal beliau adalah Abu Bakar ash-Shidiq radhiallahu ‘anhu.
5. Rencana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menuliskan wasiat kepada Abu Bakar radhiallahu ‘anhu
Lebih tegas lagi ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sakit, beliau shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada ‘Aisyah untuk memanggil ayahnya, Abu Bakar, untuk diberikan wasiat kepadanya. Tetapi kemudian beliau mengatakan: “Allah dan kaum mukminin tidak akan ridla, kecuali Abu Bakar”. Lihatlah riwayat lengkapnya sebagai berikut:
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu?, ia berkata; berkata kepadaku Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Panggillah Abu Bakar Bakar, Ayahmu dan saudaramu, sehingga aku tulis satu tulisan (wasiat). Sungguh aku khawatir akan ada seseorang yang menginginkan (kepemimpinan –pent.), kemudian berkata: “Aku lebih utama”. Kemudian beliau bersabda: “Allah dan orang-orang beriman tidak meridlai, kecuali Abu Bakar”. (HR. Muslim 7/110 dan Ahmad (6/144); Lihat Ash-Sha-hihah, juz 2, hal. 304, hadits 690)
Dalam riwayat ini jelas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menghendaki dengan isyaratnya beliau bahwasanya Abu Bakar radhiallahu ‘anhu lah yang lebih layak menjadi khalifah sepeninggalnya. Tetapi beliau tidak jadi menulis wasiatnya, karena beliau yakin kaum mukminin tidak akan berselisih terhadap penunjukkan Abu Bakar radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah. Dan hal ini terbukti, setelah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam wafat, kaum muslimin sepakat untuk menunjuk Abu Bakar radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah.
6. Abu Bakar adalah orang terdekat dan kekasih Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
Dari Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk di atas mimbar, beliau bersabda: “Allah memberikan pilihan kepada seorang hamba antara diberi keindahan dunia atau apa yang ada di sisi-Nya. Maka hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi-Nya. Maka Abu Bakar pun menangis seraya berkata: bapak-bapak dan ibu-ibu kami sebagai tebusan wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Abu Sa’id berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam itulah hamba yang diberi pilihan tersebut dan ternyata Abu Bakar adalah orang yang paling tahu di antara kami. Maka bersabdalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya manusia yang paling berjasa kepadaku dengan harta dan jiwanya adalah Abu Bakar. Kalau aku mengambil seorang kekasih, niscaya aku akan mengambil Abu Bakar sebagai khalil (kekasih), tetapi persaudaraan Islam lebih baik. Tidak tersisa masjid satu pintu pun, kecuali pintunya Abu Bakar. (HR. Bukhari dengan Fathul Bary, juz 7, hal. 359, hadits 3654; Muslim dengan Syarh Nawawi, juz 15 hal. 146, hadits 6120)
Al-Khullah adalah kecintaan yang paling tinggi. Para ulama menyatakan bahwa derajat khullah lebih tinggi dari tingkatan mahabbah. Oleh karena itu seorang yang disebut sebagai khalil, lebih tinggi kedudukannya daripada habib. Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah bahwa Allah hanya mengambil dua orang manusia sebagai khalil, yaitu nabi Ibrahim dan Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan masalah mahabbah Allah sering menyebutkan dalam al-Qur’an, Allah mencintai orang-orang yang beriman, sabar, berjihad di jalan-Nya dan lain-lain.
Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyatakan kalau saja beliau menjadikan khalil, maka niscaya Abu Bakarlah orangnya. Hal ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang terdekat dan paling dicintai oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Hanya saja beliau shalallahu ‘alaihi wasallam tidak mengambil khalil dari kalangan manusia.
Dengan disebutkannya beberapa isyarat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam di atas cukuplah kiranya menjadi hujjah yang tegas bahwa Abubakar adalah seorang yang paling layak menjadi khalifah. Dan kekhalifahannya adalah sah, tidak ada yang menyelisihi kecuali orang-orang yang dalam hatinya adanya penyakit.
Namun perlu diketahui bahwa pendapat ahlus sunnah ini adalah pernyataan yang keluar dari hujjah yang terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah secara ijma’, hal ini sama sekali tidak keluar dari kebencian kepada ahlul bait.
Adapun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan Ali radhiallahu ‘anhu untuk menjadi khalifah di Ghadir Khum adalah riwayat-riwayat palsu. Padahal ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam wafat, beliau tidaklah memberikan wasiat berupa apapun dan kepada siapapun, kecuali dengan al-Qur’an. Mari kita simak dalil-dalilnya:
Diriwayatkan dalam dua kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Thalhah ibnu Musharif, bahwa dia bertanya kepada Abdullah ibnu Abi Aufa radhiallahu ‘anhu:
Aku bertanya kepada Abdullah ibnu Abi Aufa: “Apakah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memberikan wasiat?” Beliau menjawab: “Tidak.” Maka saya katakan: “Kalau begitu bagaimana dia menuliskan buat manusia pesan-pesan atau memerintahkan wasiatnya?” Dia menjawab: “Beliau mewasiatkan dengan kitabullah ‘azza wajalla”. (HR. Bukhari; Fathul Bary 3/356, hadits 2340; dan Muslim dalam Kitabul Wasiat 3/1256, hadits 16).
Demikian pula diriwayatkan dari ummul mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang beliau meninggal di pangkuannya, tentunya beliau lebih tahu apakah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berwasiat atau tidak. Dia berkata dalam riwayat Muslim:
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak meninggalkan dirham; tidak pula dinar, tidak seekor kambing, tidak pula seekor unta dan tidak mewasiatkan dengan apa pun. (HR. Muslim, dalam Kitabul Wasiat, 3/256, hadits 18)
Dalam riwayat lainnya dari Aswad bin Yazid bahwa ia berkata:
Mereka menyebutkan di sisi Aisyah bahwa Ali adalah seorang yang mendapatkan wasiat. Maka beliau (Aisyah) berkata: “Kapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepadanya, padahal aku adalah sandaran beliau ketika beliau bersandar di dadaku -atau ia berkata: pangkuanku- kemudian beliau meminta segelas air. Tiba-tiba beliau terkulai di pangkuanku, dan aku tidak merasa kalau beliau ternyata sudah meninggal, maka kapan beliau berwasiat kepadanya?”. (HR. Bukhari dalam kitab al-Washaya, Fathul Bari 5/356, hadits 2471; Muslim dalam kitabul Washiyat, Bab Tarkul Wasiat liman laisa lahu Syaiun Yuushi bihi, 3/1257, no. 19)
Demikianlah, riwayat-riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak berwasiat ketika wafat sangat banyak, sehingga mereka –para shahabat– seluruhnya memahami bahwa wasiat beliau secara umum adalah al-Qur’an.
Diriwayatkan pula bahwa di antara keluarga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yaitu Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma menyatakan pula kekecewaannya, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak sempat berwasiat disebabkan silang pendapat di antara ahlul bait. Sebagian di antara mereka menyatakan cukup al-Qur’an, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sedang dalam keadaan sakit yang parah.
Sedangkan sebagian yang lain, mengharapkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sallam menulis wasiat, hingga datanglah ajal beliau dalam keadaan belum sempat memberikan wasiat. Maka Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:
Sesungguhnya kerugian segala kerugian adalah terhalangnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menulis wasiat kepada mereka, karena adanya perselisihan dan silang pendapat di antara mereka. (HR. Bukhari dalam Kitabul Maghazi, bab Maradlun Nabi; Fathul Bari, juz 8, hal. 132 no. hadits 4432; Muslim dalam Kitabul Wasiat, bab Tarkul Wasiat liman laisa lahu Syaiun Yuushi bihi, juz 3 hal. 1259, no. 22)
Dalam memandang kejadian ini, ahlus sunnah wal jama’ah tidak berburuk sangka kepada para shahabat, apalagi kepada ahlu bait dan keluarga dekat nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, karena kedua belah pihak mengharapkan kebaikan. Sebagian mengharapkan ditulisnya wasiat untuk kebaikan umat, dan sebagian keluarga beliau yang lain merasa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan sedang merasakan sakit yang berat, sehingga tidak perlu diganggu. Sedangkan kita sudah memiliki al-Qur’an sebagai wasiat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam –kata mereka. Yang dimaksud adalah ucapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam :
Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang kalian tidak akan tersesat setelah-ya jika kalian berpegang teguh dengan-ya yaitu kitabullah (al-Al-Qur’an). (HR. Muslim)
Sebaliknya, kaum Syi’ah Rafidlah menjadikan riwayat ini sebagai ajang pencaci-makian terhadap para shahabat. Mereka menuduh perbuatan para shahabat itu untuk menghalangi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu dan merebut tampuk kepemimpinan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu dan diberikannya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu.
Ucapan mereka ini jelas batil dan penuh dengan kedustaan, karena pada waktu itu Abu Bakar sendiri tidak berada di sana. Beliau berada di daerah Sunh –di pinggiran kota Madinah– yaitu berada di rumah salah satu istrinya yang lain. Bahkan ucapan mereka ini justru mencerca dan mencela ahlul bait sendiri. Untuk itu mereka tidak pantas disebut pecinta ahlul bait. Lihatlah dalam riwayat yang lebih lengkap sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwasanya Ali bin Abi Thalib keluar dari sisi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau sakit menjelang wafatnya. Maka manusia berkata:
“Wahai Abal Hasan, bagaimana keadaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam?” Beliau menjawab: “Alhamdulillah baik”. Abbas bin Abdul Muthalib (paman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam) memegang tangan Ali bin Abi Thalib, kemudian berkata kepadanya: “Engkau, demi Allah, setelah tiga hari ini akan memegang tongkat kepemimpinan. Sungguh aku mengerti bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam akan wafat dalam sakitnya kali ini, karena aku mengenali wajah-wajah anak cucu Abdul Muthalib ketika akan wafatnya. Marilah kita menemui Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menanyakan kepada siapa urusan ini dipegang? Kalau diserahkan kepada kita, maka kita mengetahuinya. Dan kalau pun diserahkan untuk selain kita, maka kitapun mengetahuinya dan beliau akan memberikan wasiatnya”. Ali bin Abi Thalib menjawab: “Demi Allah, sungguh kalau kita menanyakannya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau tidak memberikannya kepada kita, maka tidak akan diberikan oleh manusia kepada kita selama-lamanya. Dan sesungguhnya aku demi Allah tidak akan memintanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. (HR. Bukhari, kitabul Maghazi, bab Maradlun Nabiyyi wa wafatihi; fathlul bari 8/142, no. 4447)
Berkata Dr. Ali bin Muhammad Nashir al-Faqihi: “Tidakkah cukup nash ini untuk membantah Rafidlah yang mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan kepada Ali bin Abi Thalib dengan khilafah? Kedustaan mereka tampak jelas dengan hadits ini dari beberapa sisi:
1.Penolakan Ali radhiallahu ‘anhu untuk meminta khilafah atau menanyakannya.
2.Kejadian tersebut terjadi pada waktu wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam (yang membuktikan bahwa beliau tidak berwasiat apapun –pent.).
3.Kalau saja ada nash (wasiat) sebelum itu untuk Ali radhiallahu ‘anhu tentu dia akan menjawab kepada Abbas: “Bagaimana kita menanyakan untuk siapa urusan ini padahal dia telah mewasiatkannya kepadaku?”. (Kitab Al-Imamah war Radd ‘Ala Rafidlah, Abu Nu’aim al-Asbahani dengan tahqiq Dr. Ali bin Muhammad Nashir al-Faqihi dalam foot notenya hal. 237-238; Lihat Badzlul Majhuud Fi Musyabahatir Rafidlah bil Yahuudi, juz I hal. 191, Abdullah bin Jumaili)
Dalam riwayat ini terlihat jelas sekali bahwasanya yang menolak untuk meminta wasiat kepada Nabi adalah Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu sendiri.
Masih banyak lagi riwayat-riwayat lainnya tentang kejadian ini, karena pada saat itu memang beberapa hadirin ikut berbicara sehingga suasana menjadi ramai dan berakhir dengan wafatnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan tidak memberikan wasiat apapun tentang khilafah kepada siapa pun.
Kemudian bagaimana mereka -kaum syi’ah tersebut— menganggap bahwa Ali bin Abi Thalib mendapatkan wasiat untuk menjadi khalifah setelahnya, ketika beliau berada di Ghadir Khum. Mengapa mereka tidak menanyakannya kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu sendiri, padahal mereka mengaku pecinta ahlul bait?!
Kalau mereka benar-benar cinta kepada ahlul bait dan mengaku pengikut setia ahlul bait khususnya Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, maka dengarkanlah riwayat dari beliau dengan sanad yang shahih sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Abu Thufail bahwa Ali radhiallahu ‘anhu ditanya: “Apakah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengkhususkan sesuatu kepadamu? (yakni wasiat khusus, pent.). Maka beliau menjawab: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak menghususkan aku dengan sesuatu pun yang beliau tidak menyebarkannya kepada manusia, kecuali apa yang ada di sarung pedangku ini. Kemudian beliau mengeluarkan lembaran dari sarung pedangnya yang tertulis padanya: Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah… “ (HR. Muslim)
Sebab-sebab kehancuran masa kekhilafahan (yaitu kelompok yang menyelisihi sunnah) sudah ada semenjak kekhilafahan Utsman Radhiyallahu 'anhu. Mari kita tengok sejarahnya:
Disebutkan dalam atsar yang diriwayatkan Abdullah bin Umar oleh Al Hakim bahwa generasi umat dibagi menjadi dua:
1. Umat yang diberi keimanan terlebih dahulu, kemudian baru diberi Al Qur’an
2. Umat yang mengambil pelajaran Al Qur’an lebih dahulu sebelum didapatkan keimanan. Kemudian Atsar itu menyebutkan perilaku dari kedua kelompok generasi itu, dimana kelompok yang pertama terdiri dari para Salafushshaleh dan pembesar pembesar sahabat yang mengetahui yang diwajibkan dari yang dilarang dan alasannya; sementara kelompok yang kedua cuma pandai membaca Al Qur’an dengan lancar dan mengkhatamkannya dengan cepat tanpa tahu mana yang diperintahkan dan mana yang dilarang serta batasan batasannya. Pada akhirnya kedua kelompok ini melahirkan manhaj yang berbeda, dan dari kelompok yang kedualah munculnya Al Firaq Al Bathilah (aliran-aliran yang sesat), di antaranya Al Khawarij.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah dalam kitabnya Al Fatawa beliau berkata:
“Bid’ah yang pertama muncul dalam Islam adalah bid’ah Khawarij.”
Kemudian hadits-hadits yang berkaitan dengan firaq dan sanadnya benar adalah hadits-hadits yang berkaitan dengan Khawarij sedang yang berkaitan dengan Mu’tazilah dan Syi’ah atau yang lainnya hanya terdapat dalam Atsar Sahabat atau hadits lemah, ini menunjukkan begitu besarnya tingkat bahaya Khawarij dan fenomenanya yang sudah ada pada masa Rasulullah shallalahu 'alaihi wassalam. Di samping itu Khawarij masih ada sampai sekarang baik secara nama maupun sebutan (laqob), secara nama masih terdapat di daerah Oman dan Afrika Utara sedangkan secara laqob berada di mana mana. Hal seperti inilah yang membuat pembahasan tcntang firqah Khawarij begitu sangat pentingnya apalagi buku buku yang membahas masalah ini masih sangat sedikit, apalagi Rasulullah shallalahu 'alaihi wassalam menyuruh kita agar berhati hati terhadap firqah ini.
Kami jelaskan dulu tentang khawarij.
Fakta munculnya Khawarij bukanlah pada masa Ali Radhiyallahu 'anhu sebagaimana sebagian para ahli sejarah menyebutkan, tapi sudah muncul pada masa Utsman Radhiyallahu 'anhu baik secara ajaran maupun dalam bentuk aksi nyata. Buku sejarah banyak menyebutkan ini seperti buku sejarahnya Imam At Thabari dan Ibnu Katsir. Dalam buku tersebut orang yang memberontak kepada Utsman Radhiyallahu 'anhu disebut Khawarij. Hal ini dikuatkan oleh fakta sejarah berikutnya dimana mereka berhasil membunuh Utsman Radhiyallahu 'anhu Kemudian umat Islam membai’at Ali Radhiyallahu 'anhu termasuk sebagian besar orang-orang yang telah membunuh Utsman Radhiyallahu 'anhu Sementara itu Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Aisyah, dan sahabat yang lain keluar dan menuntut pembelaan terhadap Utsman Radhiyallahu 'anhu, Ali Radhiyallahu 'anhu berkata, “Saya setuju dengan pendapat Anda, tapi mereka sangat banyak dan bercampur dalam pasukan kami.” Ali Radhiyallahu 'anhu menghendak masalah Khalifah diselesaikan dahulu baru menyelesaikan orang orang yang membunuh Utsman.
Monday, November 21, 2011
Jaulah sebelum jaulah.
Jaulah sebelum Jaulah.
Mulanya kena tido di surau yang banyak nyamuk kerana mahu tunggu seorang ikhwah yang akan sampai butterworth dengan bus sebelum subuh. Baru jalan beberapa minit , kereta over tempreture dan memerlukan rehat seketika serta top-up air. Kemudian kena lalui perjalanan feri 3 jam untuk ke Pulau Pinang kerana ada larian maraton di jambatan penang- biasanya 40 minit sahaja. Akhirnya sampai lewat ke tempat program ,dan balik awal pulak untuk memudahkan pendafataran beberapa ikhwah di uitm. Semuanya berlaku di luar perancangan kecuali perancangan balik awal.
Maafkan kami.
Terpaksa datang lewat dan balik awal. Pastinya bukanlah teladan yang baik untuk dicontohi. Objektif program tidak dipenuhi sepenuhnya. Objektif lain yang dapat. Harap ikhwah - ikhwah yang hadir program faham, bukan sengaja dan bukan tidak datang seperti ikhwah-ikhwah lain yang " iman down ".
Objektif tambahannya adalah menguji kesabaran lebih sikit.
Alhamdulilah banyak perkara yang kami dapat dalam perjalanan ke program jaulah usm kali ini . Boleh diistilahkan jaulah(perjalanan) sebelum jaulah usm. Disamping ujian kesabaran, kami dapat melihat keajiban Allah azawajala memberikan kami " buku menarik " yang menemani jaulah kami kali. Buku tersebut seolah-olah berbicara secara hidup dengan kejadian yang berlaku.
Gambar:Ikhwah yang layan tepi pantai tidak sedar gambar mereka dirakam bersama sebuah buku .
Kisah dibawah inilah yang aku maksudkan hidup dengan peristiwa yang dialami hari ahad baru ini. Aku baca kisah tu sembil "drive merangkak " naik feri yang makan masa kurang lebih 2 jam. Kemudian aku kongsi cerita tersebut dengan ikhwah yang lain.
kisah tu boleh didapati di ms 7 dan 8 buku How to Get from Where You Are to Where You Want to Be.
100 % tanggungjawab HIDUP sendiri.
Aku bertangungjawab 100 % kerana membuat keputusan berada disitu,
Aku bertangungjawab 100 % kerana memilih untuk hadir lewat,
Aku bertangungjawab 100 % kerana memilih kereta itu,
Aku bertangungjawab 100 % kerana memilih untuk tido di surau itu,
Aku bertangungjawab 100 % kerana tidak sarapan pagi,
Aku bertangungjawab 100 % kerana jalan itu,
Aku bertangungjawab 100 % kerana mahu hadir program jaulah itu,
Aku bertangungjawab 100 % terhadap hidupku, kejahatanku,kebaikanku, ibadahku,perkara laroku(sia-sia), makan-minumku, fizikalku, ilmuku , pakaianku, kenderaanku, orang yang sekitarku, tempat tinggalku dan terhadap kedudukanku sekarang (Aku sekarang tengah duduk atas kerusi warna biru,mengadap laptop dan menekan papan kekunci).
Ada pilihan atau tidak ! , semua adalah tangungjawabku 100 %.
Anda boleh percaya kenyataan yang aku highlightkan di atas atas adalah asas penting yang membawa kejayaan kepada Jack Canfield yang berjaya membuat USD 80 juta tanpa apa-apa, W. Celement Stone membuat USD 600 juta, Bill Gate menjadi orang terkaya di dunia,dan Steve Jobs kaya dengan appels-nya.? Anda harus percaya. Kalau tidak percaya cuba tanya semua orang yang anda jumpa. Tidak kira apa pun bidang,orang yang berjaya dan dikenang dalam bidangnya pasti setuju dengan kata - kata tersebut .
"You must take personal responsibility.You cannot change the circumstances,the seasons,or the wind, but you can change yourself."(JIM ROHN America’s foremost business philosopher)
Apa-apa sahaja bidang yang kita mahu betul-betul berjaya,Hatta bidang dakwah, kata-kata tersebut sangat penting.
Tanpa rasa tangungjawab 100 % Muhammad Bin Abdulah SAW terhadap agama ISLAM , pasti ISLAM tidak berkembang sehinggakan kita dapat rasai kemanisanya pada hari ini.
kita TELAH bertangujuwab 100 % terhadap dakwah kita ? mari evaluasi diri kita.
Gambar: Kenangan Jaulah-rehlah USM .Sampai ke botanical garden di saat ikhwah lain hampir ke destinasi berikutnya. Sempat pusing satu round saja dan ambil gambar . Aktivity pengisian dan solat duha di botanical garden tak sempat ikut.
Gambar: Ikhwah beli aiskrim sebelum meninggalkan botanical garden.(zul tension sebab abang aiskrim tu lambat sangat serve.:-)
Di dalam al-Quran pula, terdapat banyak ayat-ayat yang menerangkan bahawa setiap insan harus bertanggungjawab 100% di atas hidupnua atau apa yang diamalkan oleh dirinya sendiri semasa di dunia ini. Tidak ada keterangan bahawa seseorang itu akan memikul tanggungjawab di atas amalan yang dilakukan oleh orang lain, sama ada yang bersangkut-paut dengan dosa atau pahala.
Berikut adalah sebahagian yang sempat aku himpun:
اَلاَّ تَزِرُوْا وَازِرَةٌ وِزْرَ اُخْرَى ، وَاَنْ لَيْسَ لِلاِنْسَانِ اِلاَّ مَا سَعَى.
"Sesungguhnya seseorang itu tidak akan menanggung dosa seseorang yang lain dan bahawasanya manusia tidak akan memperolehi ganjaran melainkan apa yang telah ia kerjakan".
AN NAJM, 53:38-39.
ditafsirkan juga oleh jumhur ulama tafsir terutamanya Ibn Abbas melalui hadis dari Aisyah radhiallahu 'anha:
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : قَالَتْ عَائِـشَةُ (لَمَّا سَمِعَتُ ذَلِكَ) حَسـْبُكُمُ الْقُرْآن ، وَلاَ تَزِرُوْا وَازِرَة وِزْرَ أخْرَى. رواه البخاري ومسلم.
"Berkata Ibn Abbas: Telah berkata Aisyah radiallahu ‘anha ketika mendengar hal tersebut: Cukuplah bagi kamu ayat al-Quran. Bahawa kamu tidak (dipertanggung-jawabkan) untuk memikul dosa orang yang lain". H/R Bukhari dan Muslim.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ.
"Sesiapa yang mengerjakan amal yang soleh maka untuk dirinya sendiri dan sesiapa berbuat kejahatan maka (dosa-dosanya) atas dirinya sendiri dan tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba".
FUSHILAT, 41:46
وَمَا تُجْزَوْنَ اِلاَّ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ.
"Kamu tidak akan diberi balasan kecuali apa yang telah kamu kerjakan".
AS SAFAAT, 37:39.
لَهَا مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ.
"Baginyalah apa yang dia kerjakan dan atasnyalah apa yang dia usahakan".
AL BAQARAH, 2:286.
مَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلأِنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ.
"Sesiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya dan sesiapa yang beramal soleh maka untuk diri mereka sendirilah (tempat yang menggembirakan)".
AR RUM, 30:44.
مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلاَ يُجْزَى اِلاَّ مِثْلَهَا.
"Sesiapa yang melakukan kejahatan maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan".
AL MU'MIN, 40:40.
مَنِ اهْتَدَى فَاِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَاِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلاَ تَزِرُوْا وَازِرَةٌ وِزْرَ أخْـرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً.
" Sesiapa yang beramal secara yang bersesuaian dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia telah berbuat untuk (keselamatan) dirinya sendiri dan sesiapa yang sesat maka kesesatan itu bagi dirinya sendiri. Seseorang yang berdosa tidak akan dapat memikul dosa orang lain dan Kami tidak akan mengazab seseorang sebelum Kami mengutus seorang Rasul".
AL ISRA', 17:15.
مَنْ تَزَكَّى فَاِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ.
"Sesiapa yang membersihkan dirinya (dari dosa-dosa) maka dia telah membersihkan dirinya sendiri".
FATIR, 35:18.
وَاتَّقُوْا يَوْمًا لاَتَجْزِى نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا.
"Dan hendaklah kamu takut kepada satu hari yang (di hari tersebut) tidak boleh seseorang melepaskan sesuatu apa pun dari seseorang yang lain".
AL-BAQARAH, 2:123.
فَالْيَوْمَ لاَ تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلاَ تُجْزَوْنَ اِلاَّ مَاكُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.
"Maka pada hari (Kiamat) tidak seorang pun yang teraniaya sedikit juapun dan tidak dibalas pada kamu melainkan apa yang kamu telah kerjakan".
YASIN, 36:54.
يَاايُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَاخْشَوا يَوْمًا لاَ يَجْزِيْ وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا.
"Hai manusia! Hendaklah kamu takut kepada satu hari (di akhirat) yang (di dalamnya) tidak boleh seseorang bapa melepaskan (sesuatu apa pun) dari anaknya dan tidak pula anaknya boleh melepaskan sesuatu apa dari ayahnya".
LUQMAN, 31:33.
مَنْ جَاهَدَ فَاِنَّهَا يُجَاهَدُ لِنَفْسِهِ.
"Sesiapa yang bekerja keras (di dunia) maka tidak lain melainkan untuk dirinya sendiri".
AL-ANKABUT, 29:6.
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌ.
"Tiap-tiap jiwa (seseorang) bergantung kepada apa yang telah ia usahakan (semasa hidupnya)".
AT-THUR, 52:21.
وَاَنْ لَيْسَ لِلاِنْسَانِ اِلاَّ مَا سَعَى.
"Dan sesungguhnya manusia itu tidak akan mendapat melainkan (menurut) apa yang telah diusahakan (semasa di dunia)".
AN-NAJM, 53:39.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَاهُ ، وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ.
" Maka sesiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar debu pasti dia akan melihatnya dan sesiapa yang mengerjakan kejahatan seberat debu pasti dia akan melihatnya ".
AZ-ZILZAL, 99:7-8.
gambar: Destinasi ke-2 Jaulah-rehlah USM , pantai sekitar Teluk Bahang.
Rujukan tambahan :
link promosi buku :
http://www.thebigwhitebook.com/the-success-principles-2-chapters.pdf
Ikhwah wa akhwat sekitar penang yang berminat dengan buku ini boleh je tempah melalui ana atau kalau nak super cepat cari je dekat kedai buku besar sekitar antum.
Ayoh ambil banyak manfaat dari buku ini.Bagi ana , Buku ini boleh jadi Al-hikmah yang telah Rasulullah saw sebut. Dalil AL-Quran dan hadis telah lebih awal sebutkan apa yang diceritakan dalam buku ini. Cuma salah kita sahaja yang tidak tahu dalil kitab kita, tidak faham atau tidak nampak cara untuk memudahkan kefahaman kepada masyarakat kita. Ambilah Al-hikmah atau ilmu itu walaupun bukan dari pengikut agama kita.
الحكمة ضالة المؤمن فحيث وجدها فهو أحق بها (رواه الترمذي)
Maksudnya: Al-Hikmah adalah barang yang hilang dari orang mukmin, maka di mana saja ia dapati, dia adalah orang yang paling berhak terhadapnya. (Riwayat Tirmizi).
Mulanya kena tido di surau yang banyak nyamuk kerana mahu tunggu seorang ikhwah yang akan sampai butterworth dengan bus sebelum subuh. Baru jalan beberapa minit , kereta over tempreture dan memerlukan rehat seketika serta top-up air. Kemudian kena lalui perjalanan feri 3 jam untuk ke Pulau Pinang kerana ada larian maraton di jambatan penang- biasanya 40 minit sahaja. Akhirnya sampai lewat ke tempat program ,dan balik awal pulak untuk memudahkan pendafataran beberapa ikhwah di uitm. Semuanya berlaku di luar perancangan kecuali perancangan balik awal.
Maafkan kami.
Terpaksa datang lewat dan balik awal. Pastinya bukanlah teladan yang baik untuk dicontohi. Objektif program tidak dipenuhi sepenuhnya. Objektif lain yang dapat. Harap ikhwah - ikhwah yang hadir program faham, bukan sengaja dan bukan tidak datang seperti ikhwah-ikhwah lain yang " iman down ".
Objektif tambahannya adalah menguji kesabaran lebih sikit.
Alhamdulilah banyak perkara yang kami dapat dalam perjalanan ke program jaulah usm kali ini . Boleh diistilahkan jaulah(perjalanan) sebelum jaulah usm. Disamping ujian kesabaran, kami dapat melihat keajiban Allah azawajala memberikan kami " buku menarik " yang menemani jaulah kami kali. Buku tersebut seolah-olah berbicara secara hidup dengan kejadian yang berlaku.
Gambar:Ikhwah yang layan tepi pantai tidak sedar gambar mereka dirakam bersama sebuah buku .
Kisah dibawah inilah yang aku maksudkan hidup dengan peristiwa yang dialami hari ahad baru ini. Aku baca kisah tu sembil "drive merangkak " naik feri yang makan masa kurang lebih 2 jam. Kemudian aku kongsi cerita tersebut dengan ikhwah yang lain.
IF YOU DON’T LIKE YOUR OUTCOMES, CHANGE YOUR RESPONSES
Let’s look at some examples of how this works.
Do you remember the Northridge earthquake in 1994? Well, I do! I lived through it in Los Angeles. Two days later, I watched as CNN interviewed people commuting to work. The earthquake had damaged one of the main freeways leading into the city. Traffic was at a standstill, and what was normally a 1-hour drive had become a 2- or 3-hour drive.
The CNN reporter knocked on the window of one of the cars stuck in traffic and asked the driver how he was doing. He responded angrily, “I hate California. First there were fires, then floods, and now an earthquake! No matter what time I leave in the morning, I’m going to be late for work. I can’t believe it!”
Then the reporter knocked on the window of the car behind him and asked the second driver the same question. This driver was all smiles. He replied, “It’s no problem. I left my house at five AM. I don’t think under the circumstances my boss can ask for more than that. I have lots of music cassettes and my Spanish-language tapes with me. I’ve got my cell phone. I have coffee in a thermos, my lunch—I even brought a book to read. So I’m fine.”
Now, if the earthquakeor the traffic were really the deciding variables, then everyone should have been angry. But everyone wasn’t. It was their individual response to the traffic that gave them their particular outcome. It was thinking
negative thoughts or thinking positive thoughts, leaving the house prepared or
leaving the house unprepared that made the difference. It was all a matter of attitude and behavior that created their completely different experiences.
kisah tu boleh didapati di ms 7 dan 8 buku How to Get from Where You Are to Where You Want to Be.
100 % tanggungjawab HIDUP sendiri.
Aku bertangungjawab 100 % kerana membuat keputusan berada disitu,
Aku bertangungjawab 100 % kerana memilih untuk hadir lewat,
Aku bertangungjawab 100 % kerana memilih kereta itu,
Aku bertangungjawab 100 % kerana memilih untuk tido di surau itu,
Aku bertangungjawab 100 % kerana tidak sarapan pagi,
Aku bertangungjawab 100 % kerana jalan itu,
Aku bertangungjawab 100 % kerana mahu hadir program jaulah itu,
Aku bertangungjawab 100 % terhadap hidupku, kejahatanku,kebaikanku, ibadahku,perkara laroku(sia-sia), makan-minumku, fizikalku, ilmuku , pakaianku, kenderaanku, orang yang sekitarku, tempat tinggalku dan terhadap kedudukanku sekarang (Aku sekarang tengah duduk atas kerusi warna biru,mengadap laptop dan menekan papan kekunci).
Ada pilihan atau tidak ! , semua adalah tangungjawabku 100 %.
Anda boleh percaya kenyataan yang aku highlightkan di atas atas adalah asas penting yang membawa kejayaan kepada Jack Canfield yang berjaya membuat USD 80 juta tanpa apa-apa, W. Celement Stone membuat USD 600 juta, Bill Gate menjadi orang terkaya di dunia,dan Steve Jobs kaya dengan appels-nya.? Anda harus percaya. Kalau tidak percaya cuba tanya semua orang yang anda jumpa. Tidak kira apa pun bidang,orang yang berjaya dan dikenang dalam bidangnya pasti setuju dengan kata - kata tersebut .
"You must take personal responsibility.You cannot change the circumstances,the seasons,or the wind, but you can change yourself."(JIM ROHN America’s foremost business philosopher)
Apa-apa sahaja bidang yang kita mahu betul-betul berjaya,Hatta bidang dakwah, kata-kata tersebut sangat penting.
Tanpa rasa tangungjawab 100 % Muhammad Bin Abdulah SAW terhadap agama ISLAM , pasti ISLAM tidak berkembang sehinggakan kita dapat rasai kemanisanya pada hari ini.
kita TELAH bertangujuwab 100 % terhadap dakwah kita ? mari evaluasi diri kita.
Gambar: Kenangan Jaulah-rehlah USM .Sampai ke botanical garden di saat ikhwah lain hampir ke destinasi berikutnya. Sempat pusing satu round saja dan ambil gambar . Aktivity pengisian dan solat duha di botanical garden tak sempat ikut.
Gambar: Ikhwah beli aiskrim sebelum meninggalkan botanical garden.(zul tension sebab abang aiskrim tu lambat sangat serve.:-)
Di dalam al-Quran pula, terdapat banyak ayat-ayat yang menerangkan bahawa setiap insan harus bertanggungjawab 100% di atas hidupnua atau apa yang diamalkan oleh dirinya sendiri semasa di dunia ini. Tidak ada keterangan bahawa seseorang itu akan memikul tanggungjawab di atas amalan yang dilakukan oleh orang lain, sama ada yang bersangkut-paut dengan dosa atau pahala.
Berikut adalah sebahagian yang sempat aku himpun:
اَلاَّ تَزِرُوْا وَازِرَةٌ وِزْرَ اُخْرَى ، وَاَنْ لَيْسَ لِلاِنْسَانِ اِلاَّ مَا سَعَى.
"Sesungguhnya seseorang itu tidak akan menanggung dosa seseorang yang lain dan bahawasanya manusia tidak akan memperolehi ganjaran melainkan apa yang telah ia kerjakan".
AN NAJM, 53:38-39.
ditafsirkan juga oleh jumhur ulama tafsir terutamanya Ibn Abbas melalui hadis dari Aisyah radhiallahu 'anha:
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : قَالَتْ عَائِـشَةُ (لَمَّا سَمِعَتُ ذَلِكَ) حَسـْبُكُمُ الْقُرْآن ، وَلاَ تَزِرُوْا وَازِرَة وِزْرَ أخْرَى. رواه البخاري ومسلم.
"Berkata Ibn Abbas: Telah berkata Aisyah radiallahu ‘anha ketika mendengar hal tersebut: Cukuplah bagi kamu ayat al-Quran. Bahawa kamu tidak (dipertanggung-jawabkan) untuk memikul dosa orang yang lain". H/R Bukhari dan Muslim.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ.
"Sesiapa yang mengerjakan amal yang soleh maka untuk dirinya sendiri dan sesiapa berbuat kejahatan maka (dosa-dosanya) atas dirinya sendiri dan tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba".
FUSHILAT, 41:46
وَمَا تُجْزَوْنَ اِلاَّ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ.
"Kamu tidak akan diberi balasan kecuali apa yang telah kamu kerjakan".
AS SAFAAT, 37:39.
لَهَا مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ.
"Baginyalah apa yang dia kerjakan dan atasnyalah apa yang dia usahakan".
AL BAQARAH, 2:286.
مَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلأِنْفُسِهِمْ يَمْهَدُونَ.
"Sesiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya dan sesiapa yang beramal soleh maka untuk diri mereka sendirilah (tempat yang menggembirakan)".
AR RUM, 30:44.
مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلاَ يُجْزَى اِلاَّ مِثْلَهَا.
"Sesiapa yang melakukan kejahatan maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan".
AL MU'MIN, 40:40.
مَنِ اهْتَدَى فَاِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَاِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلاَ تَزِرُوْا وَازِرَةٌ وِزْرَ أخْـرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِيْنَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً.
" Sesiapa yang beramal secara yang bersesuaian dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia telah berbuat untuk (keselamatan) dirinya sendiri dan sesiapa yang sesat maka kesesatan itu bagi dirinya sendiri. Seseorang yang berdosa tidak akan dapat memikul dosa orang lain dan Kami tidak akan mengazab seseorang sebelum Kami mengutus seorang Rasul".
AL ISRA', 17:15.
مَنْ تَزَكَّى فَاِنَّمَا يَتَزَكَّى لِنَفْسِهِ.
"Sesiapa yang membersihkan dirinya (dari dosa-dosa) maka dia telah membersihkan dirinya sendiri".
FATIR, 35:18.
وَاتَّقُوْا يَوْمًا لاَتَجْزِى نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا.
"Dan hendaklah kamu takut kepada satu hari yang (di hari tersebut) tidak boleh seseorang melepaskan sesuatu apa pun dari seseorang yang lain".
AL-BAQARAH, 2:123.
فَالْيَوْمَ لاَ تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلاَ تُجْزَوْنَ اِلاَّ مَاكُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.
"Maka pada hari (Kiamat) tidak seorang pun yang teraniaya sedikit juapun dan tidak dibalas pada kamu melainkan apa yang kamu telah kerjakan".
YASIN, 36:54.
يَاايُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَاخْشَوا يَوْمًا لاَ يَجْزِيْ وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا.
"Hai manusia! Hendaklah kamu takut kepada satu hari (di akhirat) yang (di dalamnya) tidak boleh seseorang bapa melepaskan (sesuatu apa pun) dari anaknya dan tidak pula anaknya boleh melepaskan sesuatu apa dari ayahnya".
LUQMAN, 31:33.
مَنْ جَاهَدَ فَاِنَّهَا يُجَاهَدُ لِنَفْسِهِ.
"Sesiapa yang bekerja keras (di dunia) maka tidak lain melainkan untuk dirinya sendiri".
AL-ANKABUT, 29:6.
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌ.
"Tiap-tiap jiwa (seseorang) bergantung kepada apa yang telah ia usahakan (semasa hidupnya)".
AT-THUR, 52:21.
وَاَنْ لَيْسَ لِلاِنْسَانِ اِلاَّ مَا سَعَى.
"Dan sesungguhnya manusia itu tidak akan mendapat melainkan (menurut) apa yang telah diusahakan (semasa di dunia)".
AN-NAJM, 53:39.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَاهُ ، وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ.
" Maka sesiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar debu pasti dia akan melihatnya dan sesiapa yang mengerjakan kejahatan seberat debu pasti dia akan melihatnya ".
AZ-ZILZAL, 99:7-8.
gambar: Destinasi ke-2 Jaulah-rehlah USM , pantai sekitar Teluk Bahang.
Rujukan tambahan :
link promosi buku :
http://www.thebigwhitebook.com/the-success-principles-2-chapters.pdf
Ikhwah wa akhwat sekitar penang yang berminat dengan buku ini boleh je tempah melalui ana atau kalau nak super cepat cari je dekat kedai buku besar sekitar antum.
Ayoh ambil banyak manfaat dari buku ini.Bagi ana , Buku ini boleh jadi Al-hikmah yang telah Rasulullah saw sebut. Dalil AL-Quran dan hadis telah lebih awal sebutkan apa yang diceritakan dalam buku ini. Cuma salah kita sahaja yang tidak tahu dalil kitab kita, tidak faham atau tidak nampak cara untuk memudahkan kefahaman kepada masyarakat kita. Ambilah Al-hikmah atau ilmu itu walaupun bukan dari pengikut agama kita.
الحكمة ضالة المؤمن فحيث وجدها فهو أحق بها (رواه الترمذي)
Maksudnya: Al-Hikmah adalah barang yang hilang dari orang mukmin, maka di mana saja ia dapati, dia adalah orang yang paling berhak terhadapnya. (Riwayat Tirmizi).
Tuesday, November 15, 2011
Menangisi diri insan.
Dengan nama Allah yang Rahman dan Rahim , aku menulis.
Apakah jasaku sepanjang hidup lebih 26 tahun di bumi Malaysia ini?
Entah! Apa yang telah aku buat untuk diriku ? ,
Entah! Apa yang telah aku buat untuk ummi dan ayahku ? ,
Entah! Apa yang aku buat untuk kakak dan adik-adikku ?
Entah! Apa yang aku sumbang untuk masyarakat ,bangsa ,Negara dan agama-ku ?
Entah apa - apa entah aku ini.
Nikah pun belum , kerja dunia pun tidak stabil , dan Kerja Dakwah & Tarbiyah pun macam ada yang tidak kena.
Apa yang pastinya adalah Dakwah & Tarbiyah yang aku buat atas kerelaan , kemampuan dan kefahamnku itu tetaplah aku yakini asset yang paling berharga buat diriku.
Tanpa dakwah & Tarbiyyah , maka apakah nilai-ku? .
Tidak mahu aku fikirkan soalan itu , seumpama soalan tanpa ke syurga ke manakah aku ?
Jika tanpa dakwah & Tarbiyyah aku lebih rela dilenyapkan dari dunia ini. Tidak sanggup aku menjadi " Bangkai Bernyawa " yang mungkin luaranya kaya harta, berpengaruh, dan berpendidikan tetapi melata di muka bumi ini tanpa roh imaniyah.
Terasa ujian yang melandaku semakin hari , semakin berat.
Berat bukan secara luarannya seperti kepayahan hidup mendapatkan sesuap nasi atau kecacatan yang mengaibkan atau penyakit fizikal yang jelas kelihatan , tetapi terasa berat konflik jiwa seperti mungkin juga kebanyakan insan lain merasainya.
Ya Allah , aku hanya mengadu pada-Mu.
Solat fardu dan solat sunat, Bacaan Al-Quran dan zikir harian ,Aktif merencana dan mengerakan persatuan belia atas nama dakwah & tarbiyah , Aktif hadiri pengajian ilmu secara live atau rakaman , Membaca buku dan tulisan bermanfaat, Sekali sekala berkarya di laman sesawang dan menghidupkan blog sendiri , Membimbing adik-adik di sekolah dan IPT , Membantu program motivasi dengan menjadi fasilitator dan penceramah ,dan sibuk macam-macam program tarbiyyah dan dakwah.
Tapi semuanya itu masih tidak cukup ,tidak puas dan tidak mantap lagi.
Sepertinya aku tercari-cari dan berkeinginan sesuatu untuk melengkapi hidupku.
Mungkinkah yang dicariku adalah pendamping hiduku yang boleh menguatkan , mengimbangkan , memaniskan , meluruskan , memanusiakan dan menambah bekalan amal yang aku rasa masih tidak cukup ini ?
Bukan tidak mahu cari.
Ketika berusia 21 tahun , aku pernah terbakar atau tarcabar oleh sepupu sebayaku. Dia aktivis dalam gerakan dakwah yang aku turut sama kecimpung . Dia telah berjaya menamatkan zaman bujangnya tahun itu juga dalam status pelajar junior university .
Tapi api yang membakar semangatku untuk ikut jejak sepupuku itu dipadam oleh konflik ayahku yang buka cawangan kedua di bumi bawah bayu itu . Akibatnya mengamuklah umiku seumpama ledakan nukler. Maka hasratku tersimpan sahaja dalam hati disebabkan cuba mengurus masalah tekad umiku mogok keras minta diceraikan.
Sehinggalah awal tahun 2009 dan aku telah memperoleh ijazah sarjana muda kejuruteraan awam dari uitm Pulau Pinang . Kemudian barulah aku cuba memotivasikan diriku berkali-kali, membuat beberapa persiapan awal dan membina keyakinan diri dalam keadaan masih serabut tidak menjumpai solusi tindakan umiku yang tidakku fahami ketika itu. Proses takruf(perkenalan untuk nikah) aku juga diburukkan lagi oleh konlik "jemaahku" waktu itu. Maka Tertangguh lagilah sehingg akhir tahun. Akhirnya usaha takruf dengan bantuan seorang ikwah-ku dilakukan juga.
Entah mengapa ? saat ini masih aku ke-bujang-an.
Mengapa aku sukar mencari kekasih hati yang akan menemani perjalanan hidupku.Tiga kali pernah dicuba,bukan tiga tapi empat kali.
Cubaan pertama nyaris jumpa minggu depanya selepas aku remind ikhwah yang mengurusnya. Tapi konflik jemaah yang meletup minggu depanya juga membantutkan segalanya. Kelompok jemaah terpecah kepada dua ,sekelompok besar mahu Islah, selebihnya mahu kekal. Si dia yang dijanjikan takruf denganku memilih kekal, maka habislah cerita.
Cubaan kedua.
Semuanya kerana kejahilanku "over test" bertanyakan soalan berkaitan poligami yang kuharapakan dia memahami dan membantuku menjadi qudwah kepada ummi ku . Dia tidak kuat untuk itu ,juga mungkin tidak sanggup memahami konflikku dan keluargaku. Akhirnya dia mengundur diri.
Sebenarya bukan silap dia , tapi silap aku yang lurus bendul sangat dan tidak memahami wanita. Aku sangkakan tiada masalah saja sebab memang ada alasan pun nak "cuba tanya" dan ada juga dua testimony ikhwahku yang lulus soalan keramat tersebut masa takruf. ....Tapi , aku tak lulus.
" Sapa suruh tanya soalan keramat yang belum tentu engkau boleh laksanakan dan mustahil engkau akan sakiti isteri pertamamu seperti yang dibuat ayahmu. Adakah engkau tidak ambil pengajaran?" , pernah marahku sendirian.
Cubaan ketiga.
Kali ini pulak adalah cobaanku mengkhitbah anak sahabat baik ayahku. Gagal kerana dia adalah aktivis harapan jemmahnya. Aku pulak aktivis kelompok lain. Disebabkan seorang ikhwahku mengusulkan sorang lagi calon lain dan aku buntu beberapa bulan mencari solusi selain salah satu pihak akhirnya terpaksa berkorban bila berlaku pernikahan antara aktivis yang lain kelompok , maka aku melepaskan dia untuk sambung belajar di luar negara.
Cubaan ke-empat.
Kali ke tiga lagi aku dah tak buat hal tanya soalan keramat itu. Aku telah sangat mengarapkan semuanya berjalan lancar kali ini walaupun hantaran yang tinggi dan dia masih belajar.
Silap-nya aku pada " surat kepada bakal mertuaku " yang menyatakan maksud sebenar cinta ikhlasku dan keingianku untuk walimah mendekati sunnah bagi mengikis budaya jahiliyah walimah yang masih meluas( baca mendekati sunnah bukan menepati sunnah).
Spoilnya pada ibunya yang mengangap aku biadab sangat mahu mengajar pernikahan cara islam walaupun aku telah menulis dengan penuh hati-hati, dinilai oleh dia dan kakaknya sebelum serah kepada ibunya. Ternyata benar suatu tulisan itu membawa maklumat tidak sampai 10 peratus seperti dikabarkan banyak kajian . Cara persembahan , orang yang membaca dan tidak mohon penjelasan menjadikan salah paham pasti berlaku.
Ibunya rasa terhina oleh seorang anak muda yang mahu tazkirahkan agama. Akhir ceritanya berjayalah dia menghasut anaknya dengan tangisannya dan berkata tidak mahu maafkan aku walaupun aku telah minta maaf . Maka luruh-lah seluruh keyakinan dia yang awalnya berjanji menghadapi segala kemungkinan bersamaku. Malam itu juga , aku menangis mengenang nasib malang-ku.
Jadi terkejut beruklah ahli keluargaku kerana hampir tarikh pertunangan kami. Juga percuma aku dimarahi murrobi dan sahabatku kerana kononya salah cara menyampaikan kebenaran. Aku tidak mengalah juga kerana rasanya bukan salahku sendiri sahaja, kenapa dia memutusknnya di pertenghan jalan?. Kenapa aku tidak diberi peluang menyelesaikan misi-ku untuk menjelaskan, minta maaf dan jumpa keluarga dia ?, lalu bagimana aku dikatakan salah dan tidak berhikmah.? Surat terakhirku kepada dia juga tidak diserahkan oleh ikhwah yang mengurus kami kerana kuatir dia akan futur (melemah) atau mutasaqitun(keluar) dari jalan dakwah. Aku tak kisah sajalah jika sebaiknya tidak diserah suratku itu untuk kelangsungan dia bersama dakwah , maka aku berserah sahaja pada apa yang baik menurut ikhwahku itu.
Ah ! Semuanya tetap salah engkau Aiman, tawaduklah diri dan banyakkan muhsabah diri sikit. (Ada rezeki nanti mungkin aku akan ceritakan lebih detail sikit lagi kisah sedihku supaya mungkin pemuda-pemudi lain tidak lakukan kesilpanku dan kesilapan dia. Kalau cerita di atas sudah mencukupi untuk difahami,maka tidak perlulah aku ceritakan lagi.
Semuanya telah berlalu hampir setahun.
Soalannya sekarang Siapakah Si Dia yang layak buat ku ? Ade ke orang yang mahu aku yang miskin ini , kerja sendiri & masih boleh diberi title graduan pengangur berhutang , serta banyak sangat masalah dan kelemahan ini ?
Rasanya hampir episode hidupku seperti pencarian jodoh Abdullah Khairul Azzam. Tidak!, Aku adalah aku. Aku lebih suka menjadi diri sendiri. Malah perbezaan kami sangat banyak. Mana mungkin, Aku bukanlah seperti dia yang nerd(semua benda nampak sempurna). Aku ni macam-macam ada.
Pernah juga aku rasa mahu buat seperti Azzam yang telah serahkan cincin kepada gurunya(murrobi) untuk mencarikan jodoh tanpa kisah apa-apa lagi hatta diberikan jodoh yang buta sekalipun . "Kalau Bisa biar akad nikah terus macam novel KCB itu. Barulah namanya nikah yang lebih sunnah dan kurang syubahat" . Ah !, mengelamun lebih aku ini. Mana ada Anna Afatunisa layak untuk aku yang bezanya dengan Azzam seperti langit dan bumi.
Eh, Bukankah aku masih punya ummi dan ayah , kenapa tak serah cincin pada mereka dulu? atau Bukankah aku punya murrobi yang asik push kata ramai akhwat dalam " waiting list", kenapa tak minta sorang ?
Maafkan aku wahai ummi, ayah , murrobi , ikhwah wa akhwat-ku. Aku perlukan sedikit masa lagi untuk menginsafi diri , menambah ilmu, mencermin diri dan membuat persiapan kali ke lima pulak.
Doa-lah dipermudahkan.
Kata seorang ustaz dalam chat di FB: " Jangan minta yang sesuai untuk kita,Tapi minta yang lebih baik,kerana doa itu diajarkan oleh Rasulullah saw dalam hadis yang sahih ". Betul juga kata ustaz tu , Bila minta pasangan lebih baik , kita akan berusaha menjadi lebih baik juga selari dengan peringatan Al-Quran dalam surah an-nur ayat ke 26 . Itulah rahsianya nabi ajar doa seperti itu.
Adakah yang lebih baik dari yang telah berlalu untuku yang "celaru" ini.?
Adakah aku juga termasuk dalam golongan pemuda yang celaru identity seperti yang dikatakan tuan presidenku.? Jawapanya:InsyaAllah Tidak! Bukan masalah identity celaru.
Masalah aku adalah insan yang perlu menangisi diri sendiri dan tambahkan amal.
Ketahuilah ! Tidak ada kehebatan apa pun aku ini. Semuanya biasa-biasa sahaja. Mungkin orang ramai hanya nampak kebaikan dan kelebihan yang ada padaku . Sebagai hamba Allah yang lemah aku juga seperti kata-kata ulamak kesayanganku iaitu Prof Yusuf Qardawi yang kurang lebihnya : " Jika kalian mengetahui aib-ku pasti kalian akan membenciku ".
Apa yang berlaku kepadaku ini pastinya ujian buat imanku. Allah yang Rahman dan Rahim menyuruh aku menambahkan amal, melakukan banyak lagi islah , menghitung dosa-dosa lalu agar berusaha menjauhi bersungguh-sungguh dan pasti ada yang lebih baik sedang menunggu. Jika tidak ada di dunia ini pasti di syurga nanti ada, InysaAllah.
Kata-kata Abu al-Atahiyah harus menjadi sandaran muhasabahku : "Allah telah berbuat baik kepada kita dengan tidak menyebarkan kesalahan kita,Padahal kesalahan yang tersembunyi dari kita terkuak jelas di hadapan-Nya".
Doa riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim berikut telah menemaniku beberapa tahun ini. Dibacaku dalam duduk tahyat akhir sebelum aku memberi salam:
اللهم إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفر لي مغفرة من عندك وارحمني إنك أنت الغفور الرحيم
Maksud doa: Ya Allah, sesungguhnya aku menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak. Tiada siapa yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau. Maka ampunilah bagiku dengan keampunan dariMu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau adalah Al-Ghafur (Yang Maha Pengampun) dan Al-Rahim (Yang Maha Mengasihani).
Note:
Perkataan "jemaah" atau kelompok di atas bermaksud " jamaah minal jamaah muslimim" , bukan "jamaatul muslimin" . bagi memahami dua istilah tersebut sila baca disini : http://addinlove.blogspot.com/2011/12/taadud-jemaah.html
Apakah jasaku sepanjang hidup lebih 26 tahun di bumi Malaysia ini?
Entah! Apa yang telah aku buat untuk diriku ? ,
Entah! Apa yang telah aku buat untuk ummi dan ayahku ? ,
Entah! Apa yang aku buat untuk kakak dan adik-adikku ?
Entah! Apa yang aku sumbang untuk masyarakat ,bangsa ,Negara dan agama-ku ?
Entah apa - apa entah aku ini.
Nikah pun belum , kerja dunia pun tidak stabil , dan Kerja Dakwah & Tarbiyah pun macam ada yang tidak kena.
Apa yang pastinya adalah Dakwah & Tarbiyah yang aku buat atas kerelaan , kemampuan dan kefahamnku itu tetaplah aku yakini asset yang paling berharga buat diriku.
Tanpa dakwah & Tarbiyyah , maka apakah nilai-ku? .
Tidak mahu aku fikirkan soalan itu , seumpama soalan tanpa ke syurga ke manakah aku ?
Jika tanpa dakwah & Tarbiyyah aku lebih rela dilenyapkan dari dunia ini. Tidak sanggup aku menjadi " Bangkai Bernyawa " yang mungkin luaranya kaya harta, berpengaruh, dan berpendidikan tetapi melata di muka bumi ini tanpa roh imaniyah.
Terasa ujian yang melandaku semakin hari , semakin berat.
Berat bukan secara luarannya seperti kepayahan hidup mendapatkan sesuap nasi atau kecacatan yang mengaibkan atau penyakit fizikal yang jelas kelihatan , tetapi terasa berat konflik jiwa seperti mungkin juga kebanyakan insan lain merasainya.
Ya Allah , aku hanya mengadu pada-Mu.
Solat fardu dan solat sunat, Bacaan Al-Quran dan zikir harian ,Aktif merencana dan mengerakan persatuan belia atas nama dakwah & tarbiyah , Aktif hadiri pengajian ilmu secara live atau rakaman , Membaca buku dan tulisan bermanfaat, Sekali sekala berkarya di laman sesawang dan menghidupkan blog sendiri , Membimbing adik-adik di sekolah dan IPT , Membantu program motivasi dengan menjadi fasilitator dan penceramah ,dan sibuk macam-macam program tarbiyyah dan dakwah.
Tapi semuanya itu masih tidak cukup ,tidak puas dan tidak mantap lagi.
Sepertinya aku tercari-cari dan berkeinginan sesuatu untuk melengkapi hidupku.
Mungkinkah yang dicariku adalah pendamping hiduku yang boleh menguatkan , mengimbangkan , memaniskan , meluruskan , memanusiakan dan menambah bekalan amal yang aku rasa masih tidak cukup ini ?
Bukan tidak mahu cari.
Ketika berusia 21 tahun , aku pernah terbakar atau tarcabar oleh sepupu sebayaku. Dia aktivis dalam gerakan dakwah yang aku turut sama kecimpung . Dia telah berjaya menamatkan zaman bujangnya tahun itu juga dalam status pelajar junior university .
Tapi api yang membakar semangatku untuk ikut jejak sepupuku itu dipadam oleh konflik ayahku yang buka cawangan kedua di bumi bawah bayu itu . Akibatnya mengamuklah umiku seumpama ledakan nukler. Maka hasratku tersimpan sahaja dalam hati disebabkan cuba mengurus masalah tekad umiku mogok keras minta diceraikan.
Sehinggalah awal tahun 2009 dan aku telah memperoleh ijazah sarjana muda kejuruteraan awam dari uitm Pulau Pinang . Kemudian barulah aku cuba memotivasikan diriku berkali-kali, membuat beberapa persiapan awal dan membina keyakinan diri dalam keadaan masih serabut tidak menjumpai solusi tindakan umiku yang tidakku fahami ketika itu. Proses takruf(perkenalan untuk nikah) aku juga diburukkan lagi oleh konlik "jemaahku" waktu itu. Maka Tertangguh lagilah sehingg akhir tahun. Akhirnya usaha takruf dengan bantuan seorang ikwah-ku dilakukan juga.
Entah mengapa ? saat ini masih aku ke-bujang-an.
Mengapa aku sukar mencari kekasih hati yang akan menemani perjalanan hidupku.Tiga kali pernah dicuba,bukan tiga tapi empat kali.
Cubaan pertama nyaris jumpa minggu depanya selepas aku remind ikhwah yang mengurusnya. Tapi konflik jemaah yang meletup minggu depanya juga membantutkan segalanya. Kelompok jemaah terpecah kepada dua ,sekelompok besar mahu Islah, selebihnya mahu kekal. Si dia yang dijanjikan takruf denganku memilih kekal, maka habislah cerita.
Cubaan kedua.
Semuanya kerana kejahilanku "over test" bertanyakan soalan berkaitan poligami yang kuharapakan dia memahami dan membantuku menjadi qudwah kepada ummi ku . Dia tidak kuat untuk itu ,juga mungkin tidak sanggup memahami konflikku dan keluargaku. Akhirnya dia mengundur diri.
Sebenarya bukan silap dia , tapi silap aku yang lurus bendul sangat dan tidak memahami wanita. Aku sangkakan tiada masalah saja sebab memang ada alasan pun nak "cuba tanya" dan ada juga dua testimony ikhwahku yang lulus soalan keramat tersebut masa takruf. ....Tapi , aku tak lulus.
" Sapa suruh tanya soalan keramat yang belum tentu engkau boleh laksanakan dan mustahil engkau akan sakiti isteri pertamamu seperti yang dibuat ayahmu. Adakah engkau tidak ambil pengajaran?" , pernah marahku sendirian.
Cubaan ketiga.
Kali ini pulak adalah cobaanku mengkhitbah anak sahabat baik ayahku. Gagal kerana dia adalah aktivis harapan jemmahnya. Aku pulak aktivis kelompok lain. Disebabkan seorang ikhwahku mengusulkan sorang lagi calon lain dan aku buntu beberapa bulan mencari solusi selain salah satu pihak akhirnya terpaksa berkorban bila berlaku pernikahan antara aktivis yang lain kelompok , maka aku melepaskan dia untuk sambung belajar di luar negara.
Cubaan ke-empat.
Kali ke tiga lagi aku dah tak buat hal tanya soalan keramat itu. Aku telah sangat mengarapkan semuanya berjalan lancar kali ini walaupun hantaran yang tinggi dan dia masih belajar.
Silap-nya aku pada " surat kepada bakal mertuaku " yang menyatakan maksud sebenar cinta ikhlasku dan keingianku untuk walimah mendekati sunnah bagi mengikis budaya jahiliyah walimah yang masih meluas( baca mendekati sunnah bukan menepati sunnah).
Spoilnya pada ibunya yang mengangap aku biadab sangat mahu mengajar pernikahan cara islam walaupun aku telah menulis dengan penuh hati-hati, dinilai oleh dia dan kakaknya sebelum serah kepada ibunya. Ternyata benar suatu tulisan itu membawa maklumat tidak sampai 10 peratus seperti dikabarkan banyak kajian . Cara persembahan , orang yang membaca dan tidak mohon penjelasan menjadikan salah paham pasti berlaku.
Ibunya rasa terhina oleh seorang anak muda yang mahu tazkirahkan agama. Akhir ceritanya berjayalah dia menghasut anaknya dengan tangisannya dan berkata tidak mahu maafkan aku walaupun aku telah minta maaf . Maka luruh-lah seluruh keyakinan dia yang awalnya berjanji menghadapi segala kemungkinan bersamaku. Malam itu juga , aku menangis mengenang nasib malang-ku.
Jadi terkejut beruklah ahli keluargaku kerana hampir tarikh pertunangan kami. Juga percuma aku dimarahi murrobi dan sahabatku kerana kononya salah cara menyampaikan kebenaran. Aku tidak mengalah juga kerana rasanya bukan salahku sendiri sahaja, kenapa dia memutusknnya di pertenghan jalan?. Kenapa aku tidak diberi peluang menyelesaikan misi-ku untuk menjelaskan, minta maaf dan jumpa keluarga dia ?, lalu bagimana aku dikatakan salah dan tidak berhikmah.? Surat terakhirku kepada dia juga tidak diserahkan oleh ikhwah yang mengurus kami kerana kuatir dia akan futur (melemah) atau mutasaqitun(keluar) dari jalan dakwah. Aku tak kisah sajalah jika sebaiknya tidak diserah suratku itu untuk kelangsungan dia bersama dakwah , maka aku berserah sahaja pada apa yang baik menurut ikhwahku itu.
Aku meluahkan pada seorang ustaz; " kalaulah dia seorang yang yakin padaku (kerana bukan maksiat yang aku buat ), PASTI lautan api pun aku akan redah demi mendapatkan dia."
Ah ! Semuanya tetap salah engkau Aiman, tawaduklah diri dan banyakkan muhsabah diri sikit. (Ada rezeki nanti mungkin aku akan ceritakan lebih detail sikit lagi kisah sedihku supaya mungkin pemuda-pemudi lain tidak lakukan kesilpanku dan kesilapan dia. Kalau cerita di atas sudah mencukupi untuk difahami,maka tidak perlulah aku ceritakan lagi.
Semuanya telah berlalu hampir setahun.
Soalannya sekarang Siapakah Si Dia yang layak buat ku ? Ade ke orang yang mahu aku yang miskin ini , kerja sendiri & masih boleh diberi title graduan pengangur berhutang , serta banyak sangat masalah dan kelemahan ini ?
Rasanya hampir episode hidupku seperti pencarian jodoh Abdullah Khairul Azzam. Tidak!, Aku adalah aku. Aku lebih suka menjadi diri sendiri. Malah perbezaan kami sangat banyak. Mana mungkin, Aku bukanlah seperti dia yang nerd(semua benda nampak sempurna). Aku ni macam-macam ada.
Pernah juga aku rasa mahu buat seperti Azzam yang telah serahkan cincin kepada gurunya(murrobi) untuk mencarikan jodoh tanpa kisah apa-apa lagi hatta diberikan jodoh yang buta sekalipun . "Kalau Bisa biar akad nikah terus macam novel KCB itu. Barulah namanya nikah yang lebih sunnah dan kurang syubahat" . Ah !, mengelamun lebih aku ini. Mana ada Anna Afatunisa layak untuk aku yang bezanya dengan Azzam seperti langit dan bumi.
Eh, Bukankah aku masih punya ummi dan ayah , kenapa tak serah cincin pada mereka dulu? atau Bukankah aku punya murrobi yang asik push kata ramai akhwat dalam " waiting list", kenapa tak minta sorang ?
Maafkan aku wahai ummi, ayah , murrobi , ikhwah wa akhwat-ku. Aku perlukan sedikit masa lagi untuk menginsafi diri , menambah ilmu, mencermin diri dan membuat persiapan kali ke lima pulak.
Doa-lah dipermudahkan.
Kata seorang ustaz dalam chat di FB: " Jangan minta yang sesuai untuk kita,Tapi minta yang lebih baik,kerana doa itu diajarkan oleh Rasulullah saw dalam hadis yang sahih ". Betul juga kata ustaz tu , Bila minta pasangan lebih baik , kita akan berusaha menjadi lebih baik juga selari dengan peringatan Al-Quran dalam surah an-nur ayat ke 26 . Itulah rahsianya nabi ajar doa seperti itu.
Adakah yang lebih baik dari yang telah berlalu untuku yang "celaru" ini.?
Adakah aku juga termasuk dalam golongan pemuda yang celaru identity seperti yang dikatakan tuan presidenku.? Jawapanya:InsyaAllah Tidak! Bukan masalah identity celaru.
Masalah aku adalah insan yang perlu menangisi diri sendiri dan tambahkan amal.
Ketahuilah ! Tidak ada kehebatan apa pun aku ini. Semuanya biasa-biasa sahaja. Mungkin orang ramai hanya nampak kebaikan dan kelebihan yang ada padaku . Sebagai hamba Allah yang lemah aku juga seperti kata-kata ulamak kesayanganku iaitu Prof Yusuf Qardawi yang kurang lebihnya : " Jika kalian mengetahui aib-ku pasti kalian akan membenciku ".
Apa yang berlaku kepadaku ini pastinya ujian buat imanku. Allah yang Rahman dan Rahim menyuruh aku menambahkan amal, melakukan banyak lagi islah , menghitung dosa-dosa lalu agar berusaha menjauhi bersungguh-sungguh dan pasti ada yang lebih baik sedang menunggu. Jika tidak ada di dunia ini pasti di syurga nanti ada, InysaAllah.
Kata-kata Abu al-Atahiyah harus menjadi sandaran muhasabahku : "Allah telah berbuat baik kepada kita dengan tidak menyebarkan kesalahan kita,Padahal kesalahan yang tersembunyi dari kita terkuak jelas di hadapan-Nya".
Doa riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim berikut telah menemaniku beberapa tahun ini. Dibacaku dalam duduk tahyat akhir sebelum aku memberi salam:
اللهم إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت فاغفر لي مغفرة من عندك وارحمني إنك أنت الغفور الرحيم
Maksud doa: Ya Allah, sesungguhnya aku menzalimi diriku dengan kezaliman yang banyak. Tiada siapa yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau. Maka ampunilah bagiku dengan keampunan dariMu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau adalah Al-Ghafur (Yang Maha Pengampun) dan Al-Rahim (Yang Maha Mengasihani).
Note:
Perkataan "jemaah" atau kelompok di atas bermaksud " jamaah minal jamaah muslimim" , bukan "jamaatul muslimin" . bagi memahami dua istilah tersebut sila baca disini : http://addinlove.blogspot.com/2011/12/taadud-jemaah.html
Sunday, November 13, 2011
Mereka faham ISLAM adalah MELAYU,MELAYU adalah ISLAM,(MSIB).
" MELAYU Sepakat ISLAM Berdaulat! "
Itulah satu slogan politik kontrovesi awal tahun ini oleh sebuah gerakan ISLAM berbasis tarbiyah yang turut dilabelkan masih mentah dalam memahami perjuangan di Malaysia ini.
Pasca liputan sensasi media tempatan dan antarabangsa dalam fenomena HIMPUN 22 OCT lepas menyaksikan rakyat marhaen memberikan seribu satu tafsiran sendiri terhadap slogan tersebut.
Inilah kelompok gerakan ISLAM yang telah menjadi Nasionalis dan Assobiyah! Inilah gerakan ISLAM yang hipokrit atas nama islam tetapi sebenarnya perjuangkan bangsa MELAYU sahaja ! , Inilah gerakan ISLAM yang telah tertipu ! Ini-lah sekutu Umno! Jelas memang racists macam Umno ! dan macam-macam lagi kata-kata emosi , skeptik dan keji yang diberikan kepada gerakan bernama Ikatan Muslimim Malaysia (ISMA) itu .
Respon negatif rakyat marhaen dilihat terlalu banyak dibandingkan yang positif.Semunya dimuntah dengan ringan di ceramah-ceramah politik , warong kopi, laman sesawang ,blog-blog dan laman chat sosial yang tidak dapat dikawal oleh sesiapan . Itulah cara bertindak masyarakat kebanyakan disebabkan penyakit politik berpuak , tidak melakukan tabayun (siasatan), mudah emosi tidak tentu hala dan mungkin juga ada yang dengki dengan gerakan tersebut.
Apa hujah nya gerakan ISLAM yang dibina asas tarbiyah ISLAM dan dianggotai ramai lulusan hebat bidang agama dari timur tengah ini bernada Assobiyyah ?
Jika mereka yang menuduh dengan tomahan negatif sebelum ini kembali waras dan kemudiannya membaca ucapan dasar AGM presiden ISMA ke - 12 , pasti mereka akan berfikir panjang dari mengeluarkan kata-kata yang akan memalukan diri sendiri.
Sebagai seorang aktivis dakwah, saya juga mulanya pelik dengan slogan ini. Tapi setelah membaca Ucapan dasar AGM ISMA ke-12 , membaca laman sesawang tokoh-tokoh ISMA dan mendapat penjelasan tentang slogan ini dari tokoh-tokoh gerakan itu secara live, saya memahami maksud besar dan pentingnya slogan tersebut.
Disini Saya ingin menimbulkan beberapa soalan muhasabah , dan menjelaskan beberapa salah faham yang berlaku.
Kita mahu perjuangakan semuanya kebaikan tetapi kita terpaksa memilih.
Jika anda diberikan dua pilihan perjuangan, yang manakah anda akan pilih?.
Perjuangkan ISLAM atau pejuangkan keadilan secara kebebasan bersuara?
Pastinya jawapan seorang pejuang adalah tidak mahu membuat pilihan dan mahu perjuangkan kedua-duanya tanpa perlu dibezakan.
Bagus kerana muslim juga akan bertindak seperti itu.
Sekarang saya akan lebih perincikan apa yang berlaku realitynya di negara kita.
Mana pilihan anda? Golongan Pertama perjuangkan survivor(kelangsungan) ISLAM di negara ini dan membaiki nya secara bertahap-tahap . Atau golongan kedua yang utamakan perjuangan kebebasan ,keadilan dan hak asasi manusia(HAM) yang berfikir dalam kerangka barat.
Dalam bahasa lain, pilihanya adalah ; Pertama perjuangkan akidah ISLAM ? atau keduanya pejuangkan keadilan & kebebasan beragama supaya kononya adil kepada agama lain?
Mana pilihan anda?
Itulah musibah Pluralisme yang melanda negara dalam 10 tahun kebelakangan ini sehinggakan para pemuda pemudi aktivis ISLAM sendiri pun berdelima. Salah pilihanya akan mengakibat fatal iaitu hilangnya rasa Izzah (mulianya) agama sendiri dan masyarakat akan membarah kefahaman "semua agama adalah sama".
Jika kita seorang MUSLIM yang berakidah , pasti pilihannya adalah golongan pertama. Ini kerana perjuangan keadilan dan hak asasi manusia tanpa landasan akidah ISLAM seumpama membasuh pakaian dengan air najis tetapi kita tidak sedari air yang digunakan mengandungi najis. Natijah akhir pakaian yang dibasuh itu tetap kotor dan berbau busuk walaupan kita memerah keringat seumur hidup untuk membasuhnya .
Ini lah satu perkara yang tidak akan difahami oleh non-MUSLIM dan "confusing MUSLIM " sehingga sanggup bersekongkol dengan pejuang HAM yang jelas berkiblatkan barat dalam melakukan "amal soleh" mereka.
Adakah ISMA menafikan hak atau menzalimi bukan MELAYU?
Inilah satu soalan yang paling menarik dari slogan ini.
Pada marhalah (level atau tahap) sekarang ISMA berijtihad perlunya memberi fokus dakwah atau islah(perbaikan) kepada orang MELAYU . Tapi ini tidak bemaksud menutup pintu dakwah kepada bukan MELAYU.
Cuba kita bertanya , apakah buktinya ISMA menzalimi bukan MELAYU.? Ini kerana dalam ISMA sekarang ada juga bukan MELAYU seperti india MUSLIM dan cina MUSLIM yang bersama menjadi ahli dan aktivisnya.
Macam mana non-MELAYU MUSLIM percaya slogan ini?. Adakah mereka tidak waras ? dan mana dalil mereka?
Dalil pertama:
Mereka fahami perlembagaan negara yang telah kaitkan MELAYU dengan ISLAM demi kelangsungan pemerintahan ISLAM.
Inilah satu hakikat yang tidak akan difahami oleh golongan literaslis. Memang benar jika dicari dalil tersurat dari al-quran dan hadis , kita tidak akan mejumpai suatu jumlah perkataan yang tepat kepada " ISLAM akan berdaulat apabila MELAYU bersepakat" . Dari empat perkataan MSIB itu hanya ISLAM sahaja yang ada dalam dalil Al-Quran dan Hadis. Disebabkan itulah 3 lagi perkataan harus merujuk dalil lain yang boleh iktiraf bersama selagi mana tidak keluar dari kefahaman yang selari dengan islam.
Pahit untuk ditelan umat ISLAM yang sepatutnya sentiasa 24 jam wajib utamakan dalil AL-Quran & sunnah dalam apa jua keadaan adalah, kedudukan AL-Quran & Sunnah bukan berada di tempat pertama rujukan penyelesaian dalam hal-hal yang melibatkan isu bersama di malaysia ini.
Rujukan pertama yang menjadi dalil terpakai dalam malaysia ini adalah Perlembagaan Malaysia. Kita terpaksa menerimanya , melainkan kita tidak mahu menjadi warganegara Malaysia atau mahu perjuangkan islam di luar negara ini.
Sebarang perkara yang melibatkan undang-undang , rujukan yang akan diterima pakai bermula dari Perlembagaan dan peruntukan undang-undang yang berkaitan dengan negara ini. Bukanlah pertama sekali dirujuk dalil-dalil dari mana-mana kitab agama. Bukan kitab agama orang islam , Budha , Kristian atau apa sahaja agama yang berkitab di negara kita ini. Tidak ada manfaatnya dan sangatlah tidak berguna jika quote satu dalil kitab agama apa pun jika bertentangan dengan Perlembagaan negara kita.
Merasa untunglah wahai umat ISLAM , Perlembagaan masih berpihak kepada kalian.
Perkataan ISLAM dan MELAYU yang ada dalam perlembagaan telah menyebabkan ramai pengamal undang-undang bukan ISLAM yang juga berperanan sebagai " pendakwah agama mereka atau membawa agenda perjuangan selain ISLAM seperti HAM (hak asasi manusia)" merasa iri hati dengan umat ISLAM di Malaysia.
kenapa? kalau begitu, hebat benar juga suruhanjaya Reid yang melakar perlembagaan kita dan kemudiannya diluluskan oleh raja-raja kita suatu ketika dahulu.
Apa perlembagaan kata berkaitan perkatan ISLAM dan MELAYU ?
Perkataan ISLAM.
Art3(1): ISLAM is the religion of the federation ; but other religions may be practised in peace and harmony in anay part of the federatin.
Terjemahan: Perkara 3(1): ISLAM adalah agama bagi Persekutauan ; tetapi agama-agama lain boleh diamalkan dengan aman dan damai di mana-mana Bahagian Persekutuan
Ulasan : Inilah Kenyataan keramat yang paling menguntungkan ISLAM dari agama lain. Yang disebut hanya agama ISLAM , Nama khusus agama lain tak disebut langsung di mana-mana tempat dalam Perlembagaan kita. Malah hanya kata boleh amalkan dengan aman dan damai. Kalau bawa dan amalkan agama atau idelogi (fahaman) lain yang menjadikan negara tidak aman maka pihak berkuasa boleh mengenakan tindakan.
Perkara 3(1) ini juga sebenarnya telah menjadikan negara malaysia sebagai negara ISLAM. Istilah ISLAM agama rasmi sebenarnya adalah tidak tepat dan hanya mainan kata pengamal undang-undang atau untuk mengharmonikan hubungan antara agama di negara kita. (Topik Malaysia negara ISLAM akan dibahas lain kesempatan).
Art 3(4)dan Art 4(1) menejelaskan kehebatan serta keutama Perlembagaan ini.
Art 8(1) dan Art 11(1)+ Art 11(4) masing-masing menceritakan isu kesamarataan dan kebebasan beragama. Artikel ini tidak wajar dibaca secara tersisih atau terpisah.Hak ISLAM atau MELAYU termaktub dan dijamin dalam Perlembagaan. Pelengkap Art 11(4) pula memberikan penegasan bahawa kepentingan umat ISLAM tidak boleh dikompromikan.
Art 11(5) pula menjelaskan hak seseorang mengamalkan agamanya tidak bermakna dia boleh membuat gangguan awam dan kacau bilau agama.
Perkataan MELAYU.
Art 160: " Malay " means a person who professes the religion of ISLAM, habitually speaks the Malay language, conforms to Malay custom-(m/s131-Constitution of Malaysia)
Terjemahan: Perkara 160 " Orang MELAYU " ertinya seseorang yang menganuti agama ISLAM, lazimnya bercakap bahasa Melayu , menurut adat melayu.
Art 152(1) (1) The national language shall be the Malay language and shall be in such script as Parliament may by law* provide:
Terjemahan : Bahasa kebangsaaan ialah bahasa MELAYU dan hendaklah dalam tulisan yang diperuntukkan melalui undang-undang oleh parliment.
Art 153 (1) It shall be the responsibility of the Yang di-Pertuan Agong to safeguard the special position of the Malays and natives of any of the States of Sabah and Sarawak and the legitimate interests of other communities in accordance with the provisions of this Article.(2)..safeguard the special provision of the Malays and natives of any of the States of Sabah and Sarawak and to ensure the reservation for Malays and natives of any of the States of Sabah and Sarawak of such proportion as he may deem reasonable of positions in the public service (other than the public service of a State) and of scholarships, exhibitions and other similar educational or training privileges or special facilities given or accorded by the Federal Government and, when any permit or licence for the operation of any trade or business is required by federal law, then, subject to the provisions of that law and this Article, of such permits and licences
Terjemahan:(1) Menjadi tanggungjawab Yang di-Pertuan Agong untuk melindungi kedudukan istimewa orang Melayu dan anak negeri mana-mana antara Negeri Sabah dan Sarawak dan kepentingan sah kaum-kaum lain mengikut peruntukan Perkara ini.(2)...perizaban bagi orang MELAYU dan anak negeri mana-mana antara Negeri Sabah dan Sarawak apa-apa perkadaran yang difikirkan munasabah oleh Yang di-Pertuan Agong daripada jawatan dalam perkhidmatan awam (selain perkhidmatan awam sesuatu Negeri) dan daripada biasiswa, danasiswa dan keistimewaan pendidikan atau latihan yang seumpamanya atau kemudahan khas lain yang diberikan atau diadakan oleh Kerajaan Persekutuan dan, apabila apa-apa permit atau lesen dikehendaki oleh undang-undang persekutuan bagi mengendalikan apa-apa pertukangan atau perniagaan, maka, tertakluk kepada peruntukan undang-undang itu dan Perkara ini, daripada permit dan lesen itu.
Nota Haji Abdul Rahim Sinwan ( Peguamcara & Peguanbela serta aktivis PEMBELA ): Artikel 153 sehingga 160 ini membuktikan bahawa dari sudut tradisi dan sejarah seseorang MELAYU itu adalah sinonim dengan ISLAM dan Pemahaman ISLAM.
Ulasan: Dari perkara 160 sehingga 153 di atas kita boleh fahami orang MELAYU adalah orang ISLAM,dan orang ISLAM adalah orang MELAYU.
Kalau tidak percaya ?, tanya pengamal undang-undang . Hujah inilah yang terpakai di mahkamah sehingga menyebabka Azlina Jailani yang telah murtad itu tidak dapat daftarkan murtadnya.
Sebab itu kita pernah dengar kata-kata orang : "kalau kamu masuk ISLAM , kamu juga masuk MELAYU " . Kenyataan itu tidak salah dari sudut perlembagaan.
Malah ada yang ingin menakutkan orang bukan MELAYU untuk masuk ISLAM dengan mengatakan perlu hidup macam budaya MELAYU . Kalau itu masalahnya , kita katakan, Itu betul pada sudut perlembagaan, Tetapi boleh lain praktikalnya atau kata lainya sangat tidak tepat dengan ajaran ISLAM . Ini kerana , ISLAM bukanlah menghapuskan budaya asal suatu kaum seperti pemakaian, bahasa, budaya dan apa sahaja tradisi asal suatu kaum itu kecuali melibatkan penyembahan atau akhlaq yang buruk. Juga tidak ada kes mahkamah paksa orang cina MUSLIM amalkan budaya MELAYU sehingga kini , jadi jangan risau.
Dalil ke-Dua:
Non-Malays (Cina dan India MUSLIM majoritynya ) belum ada NGO atau badan politik ISLAM kaum mereka yang kuat untuk bersaing dengan Ngo atau Parti non-MUSLIM(bukan ISLAM) seperti DAP , MCA dan MIC yang depan kita bersandiwara seperti bergaduh. Disebalik wajah sandirwara itu ada wajah ultrakaisu yang sangat bahaya seperti yang dibongkarkan Dr Ridhuantee Abdullah .(ridhuantee.blogspot.com/)
Ini kerana politik bukan MUSLIM adalah licik , payah diramalkan , matang dan bersepakat dalam banyak hal . Mereka tidak akan berbalah dalam isu agama,bahasa dan budaya.
Hanya orang ISLAM Malaysia sahaja yang berbalah atau politikan agama , bahasa dan budaya macam budak-budak yang tidak matang serta tidak sedari perancangan non-MUSLIM yang mengamcam kedaulatan ISLAM mereka.
Non-Malays (Cina dan India MUSLIM amnya ) yang bersama menjadi aktivis ISMA melihat dan memahami masalah serius ini. Disebabkan itulah mereka memahami perlu nya sepakat di kalangan orang MELAYU ( orang ISLAM dari tafsiran perlembagaan ) jika ingin daulatkan ISLAM di Malaysia.
Dalil ke-Tiga:
Tidak ada lagi bukti slogan MSIB itu menzalimi non malays dikalangan ISLAM atau bukan ISLAM.
Telah kita maklum orang MELAYU ini juga jenis baik hati dan suka toleransi melebih-lebih. Mereka tidak kisah jika non-muslim membuat kesepakatan agama mereka demi daulatkan agama mereka sendiri. Ada pernah orang MELAYU pertikaikan non-muslim dari sepakat demi menguatkan agama mereka? Jadi wajarkah non-muslim kurang ajar dengan mahu pertikai usaha orang islam dari sepakat untuk kebaikan agama mereka yang akhirnya memberikan keamanan kepada Malaysia secara amnya?
Bagi kalangan ahli ISMA yang ISLAM tetapi bukan bangsa MELAYU (islamic non malay), benar, istilah MELAYU yang diberi penekanan dalam program ISMA akan sedikit menyinggung perasaan mereka . Tetapi hal itu tidaklah menjadikan mereka bersikap keanak-anakan .
Mereka memahami perkataan MELAYU merujuk kepada ISLAM . Sebut orang ISLAM pula , boleh difahami orang MELAYU seperti yang dijelaskan dalam dalil pertama diatas.
Malah program ISMA yang ada perkataan melayu bukan hanya penyertaan peserta di kalangan orang MELAYU ISLAM sahaja. Orang ISLAM bukan MELAYU seperti cina MUSLIM dan india MUSLIM sangat di alukan-alukan hadir kerana ISMA itu sendiri membawa perjuangan ISLAM lebih depan dari perjuangan bangsa MELAYU.
Kesimpulan:
Disebabkan mereka memahami perlunya meletakkan keutamaan atau Alawiyat (first thing first), mereka fahami perlembagaan yang boleh difahami ISLAM adalah MELAYU , situasi sekarang yang sangat perlu kesepakatan MELAYU demi ISLAM , dan dalam ISMA juga non - melayu tidak ada bukti jelas mereka dizalimi , maka sokongan mereka juga padu 100% kepada ISMA seperti sokongan bangsa MELAYU yang menjadi aktivis ISMA.
Non muslim dan non malays muslim faham ISMA bukan berjuang demi bangsa melayu sahaja tetapi ISMA berjuang demi ISLAM kekal dan bertambah baik di Malaysia ini.Yang lambat FAHAMNYA adalah orang MELAYU sendiri.
Siapa sahaja di Malaysia ini ISLAM (MUSLIM) ,maka dia adalah MELAYU.
MUSLIM adalah MELAYU,
Cina MUSLIM adalah MELAYU,
India MUSLIM adalah MELAYU,
Sabahan MUSLIM adalah MELAYU,
Sarawakian muslim adalah MELAYU,
Melayu MUSLIM adalah MELAYU,
MALAYSIAN MUSLIM adalah MELAYU,
saksikanlah kami semua MELAYU demi ISLAM.
MELAYU SEPAKAT ISLAM BERDAULAT,
Cina MUSLIM adalah MELAYU,
India MUSLIM adalah MELAYU,
Sabahan MUSLIM adalah MELAYU,
Sarawakian muslim adalah MELAYU,
Melayu MUSLIM adalah MELAYU,
MALAYSIAN MUSLIM adalah MELAYU,
saksikanlah kami semua MELAYU demi ISLAM.
MELAYU SEPAKAT ISLAM BERDAULAT,
Kami berjuang demi agama kami . Berlainan Bangsa kami tidak Akan merenggangkan tali persaudaraan kami dan tidak akan memisahkan kecintaaan kami kepada ISLAM. Assobiyyah kami HANYALAH kepada ISLAM.
Hanya Allah swt penolong kami.
Gambar di atas:Kenangan saya di HIMPUN 22 Oct 2011 bersama pejuang islam yang saya kagumi , Assoc. Prof. Dr. Mohd Ridhuan Tee bin Abdullah, ( http://ridhuantee.blogspot.com/ ).Beliau banyak mendedahkan perangai ultra kaisu (asobiayh melampau) golongan cina yang sekarang tengah mengancam Negara Malaysia tanpa kita sedari .
Rujukan tambahan:
1.Perlembagaan Malaysia:
confinder.richmond.edu/admin/docs/malaysia.pdf
2.Penjelasan ilmiyah slogan ini :
http://www.ismaweb.net/v4/wp-content/uploads/2011/05/Ucapan-Dasar-AGM-ISMA-ke-12.pdf
*tulisan diatas telah diedit pada 17 Nov oleh penulis yang tidak pandai menulis ini bagi memberi penekanan di tempat yang betul.Perkataan MELAYAU,ISLAM,dan MUSLIM di huruf besarkan bagi memberi fokus kepada perkataan tersebut yang boleh disinonimkan.Perkataan non-MUSLIM adalah sama dengan perkataan bukan ISLAM.
Subscribe to:
Posts (Atom)